Monday, 22 December 2014

Ramang-Ramang Makasar



MCKY2014
Karst Maros

Awal November 2014,

Bandara Sultan Hasanudin Makasar, saya tiba disana pukul 09.36 pagi. Perjalanan melalui pesawat udara berlangsung lancar berkat cuaca cerah dari Jakarta sampai di Kota ini.
Kali pertama saya menginjakan kaki di Kota yang terkenal dengan hidangan khasnya yaitu Coto Makasar dan juga sebuah pantai yang sudah masyur ke seantero negeri, Pantai Losari, tapi kali ini saya tidak akan membahas dua hal tersebut, saya akan mengajak pembaca yang budiman untuk mengunjungi salah satu objek wisata yang tak kalah menariknya dengan Pantai Losari, bahkan kalau menurut saya, lebih mendebarkan dari wisata pantai tersebut, yaitu mengunjungi megahnya Karst Maros, Ramang-ramang dan Desa Berau

MCKY2014
Batu Wajah

Karst merupakan gugusan tebing Cadas yang terbentuk oleh erosi bawah tanah batuan seperti Batu Kapur dan Marmer yang larut dalam air. Kawasan ini juga dikenal sebagai Hutan Batu terbesar dan terindah kedua di Dunia setelah Karst di Yunnan, Cina Selatan, Cina. Kawasan Karst Maros sendiri terbentuk oleh batuan gamping sejak ribuan tahun yang lalu. membentang di wilayah kabupaten Maros dan kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, dengan luas sekitar kurang lebih 40 ribu hektar. Keunikan karst Maros-Pangkep terletak pada bentuknya yang seperti menara dan benteng batu yang berdiri sendiri maupun berkelompok membentuk gugusan pegunungan batu gamping yang menjulang tinggi dengan berbagai macam bentuk yang unik, ada sebuah menara batu yang jika dilihat dari titik yang pas akan membentuk siluet wajah. Karst Maros-Pangkep yang merupakan bagian dari Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung adalah surga bagi pecinta alam. Selain menikmati indah tebing batu, kita juga dapat menjelajahi Gua-gua disekitar karst dengan bantuan pemandu setempat, tentunya dengan peralatan dan pakaian yang sesuai dengan wisata jelajah Gua”.

RAMANG-RAMANG dan DESA BERAU

Seperti biasa, bukan Mickey namanya kalau ga spontan atau langsung ambil keputusan mau kemana a.k.a NEKAD, berbekal cerita dan arahan dari teman kantor saya yang bernama Citra, kalau ke Makasar, sudah suatu keharusan tersendiri untuk mengunjungi kawasan Ramang-ramang dan Kampung Berua, dijamin puas. Tapi saya masih ragu mengenai arah ke Maros, dan tiba-tiba saja saya ingat seseorang, aha, langsung saja saya menghubungi Mas Donny De Keizer, sebagai orang Makasar yang sekarang sudah jadi pembawa berita kondang di station TV Berita Satu di Jakarta, pasti dia tahu jalan menuju Maros, dan benar saja, setelah mendapat arahan dari Mas Donny, saya langsung mencari mobil sewaan berikut supir. menurut Mas Donny, akan lebih dekat dari airport kalau hendak ke Maros, jika ke Kota makasar terlebih dahulu akan muter-muter, okelah, thanks lho mas. Setelah mendapatkan mobil sewaan untuk satu hari seharga IDR. 600000, saya dan teman saya langsung menuju Dermaga Ramang-ramang, oh iya, berdasarkan pengalaman saya dan kebetulan tidak menyenangkan, akan lebih nyaman kalau menyewa mobil sewaan dari travel yang dapat dipercaya, jangan dari airport, selain harganya yang mahal, attitude supirnya pun bakal bikin kita naik darah, atau lebih amannya sewa mobil dari hotel.

MCKY2014
 Dermaga Ramang-Ramang
Untuk mencapai Dermaga Ramang-Ramang, Kita juga bisa menggunakan transportasi umum maupun kendaraan pribadi menyusuri jalan poros maros-pangkep kemudian berhenti di belokan jalan masuk menuju pabrik Semen Bosowa. Nah dari sini, Dusun Ramang-ramang hanya berjarak beberapa ratus meter. Jika menggunakan transportasi umum dari Makassar, kita dapat naik Pete-pete (angkot) jurusan Terminal Regional Daya, lalu lanjut naik Pete-pete jurusan Pangkep. Bilang ke pak supir untuk diturunkan di Pertigaan Semen Bosowa, Dari Pertigaan Bosowa bisa naik ojek atau naik Pete-pete lagi, kalau ingin hemat dengan alasan sehat boleh aja jalan kaki, karena jaraknya kira-kira hanya 500 meter. Ada plang tulisan Dermaga Ramang-Ramang segede gaban.

MCKY2014
Jolloro/Perahu 
Dermaga Ramang-Ramang 10.55 a.m.
Saya tiba di Dermaga Ramang-ramang saat Matahari hampir berada tepat diatas kepala, ya betul, menjelang tengah hari, tapi saya tetap bersyukur, artinya bisa dapat pencahayaan yang bagus buat foto nanti dan tanpa menunggu lama, saya menghampiri pemilik perahu di pinggir dermaga, namanya Daeng Sahrul, senyumnya manis, tutur bahasanya sopan dan halus hehehe maklum, supir sewaan yang menemani saya tata bahasanya khas Makasar alias ngajak gelut kalau buat orang yang baru kenal, beda sekali dengan Daeng Sahrul ini, yang menawarkan IDR. 250,000 untuk sewa perahu atau bahasa setempatnya adalah Jolloro dari dermaga Ramang-ramang menuju Desa Berau dan kembali lagi ke dermaga ini, sayapun setuju. Satu buah Jolloro bermesin tunggal mengantar saya menuju Kampung Berua. Sepanjang aliran sungai banyak ditumbuhi Pohon Nipah, atau Nipa untuk bahasa setempat

MCKY2014
Pohon Nipah 
Nipah, adalah sejenis palem (palma) yang tumbuh di lingkungan hutan bakau atau daerah pasang-surut dekat tepi laut. Di beberapa negara lain, tumbuhan ini dikenal dengan nama (dalam Bahasa Inggris) Attap Palm (Singapura), Nipa Palm atau losa (Filipina), atau umumnya disebut Nypa palm. Nipah dapat tumbuh di wilayah yang berair agak tawar, sepanjang masih terpengaruh pasang-surut air laut yang mengantarkan buah-buahnya yang mengapung. Nama ilmiahnya adalah Nypa fruticans Wurmb, Tumbuhan ini merupakan satu-satunya jenis palma dari wilayah mangrove.Fosil serbuk sari palma ini diketahui berasal dari sekitar 70 juta tahun yang silam.



MCKY2014
Jembatan Bambu 
Di sepanjang  perjalanan menuju Kampung Berua, mata kita akan dimanjakan oleh pemandangan alam yang indah, selain hamparan pohon nipah di kiri dan kanan aliran Sungai Puthe, kita juga akan melihat hamparan tebing Karst yang menakjubkan,  saat itu saya datang di awal bulan November, jadi belum waktunya musim hujan, tapi pemandangan disekitar Sungai Puthe tetap istimewa, saya seperti dibawa masuk ke hutan hujan Amazon, ditambah perjumpaan kami dengan Monyet Hitam dan Belibis liar, perjalanan saya kali itu makin menyenangkan, "senang karena monyetnya ga loncat ke perahu, kalau monyet dan teman-temannya yang bergerombol macam geng nero itu bergabung bersama saya, saya mungkin sudah jejeritan memeluk Daeng Sahrul minta diselamatkan, bagusnya sang monyet dkk lebih memilih hanya memandangi saya dari atas tebing batu, mungkin mereka baru mikir, “hmm enaknya diapain ya nih orang” hehehe

Anyway, Setelah hampir   tiga puluh menit menyusuri Sungai Puthe, melewati lorong-lorong tebing karang, memandangi menara-menara Karst, Daeng Sahrul menambatkan perahunya disebuah dermaga kecil, ada papan nama desa terletak tak jauh dari dermaga. 

Lorong Karst
“Selamat datang di Desa Berau” tertulis di papan penanda Desa Berau, artinya sudah sampai ditujuan. Saya tertegun mengagumi indahnya Desa Berau ini, indah luar biasa, hamparan sawah membentang sepanjang mata memandang, jajaran rumah panggung khas Sulawesi Selatan pun tampak rapi dari kejauhan, kawanan sapi yang tengah merumput, bahkan dibeberapa tebing karst yang letaknya berdekatan dengan dermaga, tampak goa goa yang sudah dijamah wisatawan. Tanpa menunggu lama, saya dan Daeng Sahrul menuju warung milik Ibu Maryamah, tetangga satu desa Daeng Sahrul di Berau ini. Di Desa Berau belum ada akses listrik, jadi sumber listriknya berasal dari panel tenaga surya dan hanya cukup untuk penerangan rumah dan menurut informasi yang saya terima, di Kampung Berua  Ramang-Ramang ini hanya didiami oleh lima belas kepala keluarga. Walau hanya didiami oleh lima belas kepala keluarga namun   dua bahasa asli Sulawesi Selatan yang digunakan yakni Bahasa Makassar dan Bahasa Bugis tetap dipertahankan oleh para warganya yang tinggal di desa ini.


Gua Siki Berlian, Gua Baru Berlian, Laba-Laba 

Desa Berau
Setelah perut terisi mie rebus plus dua telur ayam dan sekilo cabai rawit plus teh manis hangat, saya tertarik untuk menelusuri beberapa goa yang ada disekitar Desa Berau, yang pertama Gua Leang, dari warung Ibu Maryamah ke Gua ini jaraknya lumayan, lumayan bikin keringetan hehehe, kira-kira berjarak 500 meter melewati pematang sawah dan pintu gua yang mendaki, di dinding gua banyak terdapat lukisan tangan manusia purba berwarna magenta dan lantai guanya dipenuhi cangkang kerang, membuktikan bahwa jutaan tahun yang lalu dataran tinggi karst ini adalah permukaan laut, begitu kira-kira analisa saya, karena saya sudah celingukan kiri kanan cari gerobak seafood tenda khas pinggir jalan di Jakarta ga juga ketemu, hehehe. Gua yang kedua, namanya Gua Siki Berlian, saat hendak memasuki Gua ini, Daeng Sahrul memanggil Daeng lain yang punya kesaktian cukup tinggi untuk menemani kami masuk ke dalam gua tersebut diatas, disini saya masih tenang, karena pemandangan sekitar pintu gua sangatlah indah, setelah bertemu dengan Daeng yang dipercaya oleh warga setempat sebagai juru kunci gua-gua di Desa Berau ini, kami langsung menuju Gua Siki Berlian, supir saya mulai ketakutan, gayanya mulai manja, macam abg minta izin mau ke citos sama bapaknya yang lagi sakit gigi ditanggal tua, saya sih santai, kebetulan saya pake baju dan sendal gunung, tapi begitu melihat pintu gerbang guanya, saya sedikit menelan ludah, sedikit lho ya, gerbangnya terbuat dari anyaman Bambu dilengkapi dengan tali putih yang ya begitulah.. hmm...

MCKY2014
Jalan menuju Gua
okelah kita masuk saja, toh Daeng Sahrul tetap senyum pepsodent, sementara supir saya berbicara setengah memohon ke Daeng Sahrul dengan bahasa Bugis, rupanya dia minta ga ikut, tapi dilarang, kalau sudah masuk ke gerbang, ga boleh mundur, nah lho. Jalan menuju Goa Siki Berlian dan Goa Baru Berlian setengah menanjak dan dibeberapa bagian tebing kita harus mendaki, dalam hati supir saya mungkin sudah mengeluarkan sumpah serapah hahaha emang enak. Apa yang ditunjukan Daeng Kuncen sangatlah indah, stalaknit berbentuk bendungan alami yang mengandung kristal, dan cahaya lampu senter yang memantul membuat cahaya disekitar goa semakin indah, sayangnya kita harus berhati-hati saat mendaki tempat ini, jika salah pijak badan bisa terhempas kebawah dan langsung hilang ditelan kegelapan goa. Selesai mengagumi Gua Siki Berlian, kami menuju Gua Baru Berlian, hmmmmppfffh saya sebenarnya ingin menolak, tapi tatapan mata Daeng Kuncen penuh arti, maka saya, teman saya Reza, Daeng Sahrul dan supir saya akhirnya masuk ke gua ini, pintu masuknya harus memanjat vertikal ke atas dengan bantuan Bambu yang disusun menjadi tangga, bagi teman-teman yang lingkar pinggangnya lebih dari 32cm sebaiknya jangan memaksa masuk, sempit sekali. 

MCKY2014
Pintu masuk ke Gua Baru Berlian


MCKY2014
Pemandangan didalam Gua


MCKY2014
Mr. Peter Parker's bro

Butuh usaha extra buat saya dan teman-teman untuk masuk ke gua ini dan sesampainya kami didalam gua yang kira-kira berukuran kurang lebih lebar 3 meter dengan sealing setinggi 6 meter kami melihat sebuah batu yang bentuknya mirip dengan figur seorang kakek, dengan raut wajah yang sedih, naluri ke 6 saya berbicara, saya harus cepat keluar, betul saja, saat senter saya arahkan ke langit-langit gua, beuuuh...ala mak jan...adinda lebong lebong segedong bagong, (ya astaga itu laba-laba gede banget) posisinya persis diatas kepala saya dan teman-teman, dan disini saya ingin mencekik supir saya dan mempersembahka dia buat dedemit penunggu gua, bayangkan, di gua sesempit itu dia panik disko jejeritan ketakutan lihat Laba-Laba itu, belum lagi kibasan tangannya yang membabi buta, ok mungkin dia takut, tapi teman saya ternyata punya phobia laba-laba dan dia masih berusaha tenang, walau saya lihat dia gemetar, belum selesai drama sama supir saya yang marilah, kita sebut saja namanya balbie, saya menemukan sesuatu teronggok dibalik batu, kulit kering bekas ular berganti kulit, wew...bagusnya semua berjalan lancar sampai kami keluar dari Gua tersebut, saya lihat Balbie nangis dimulut gua, hahaha sukurin, gimana dong? namanya juga gua, wajar saja jika ada laba-laba dan ular, yang ga wajar tuh di dalam gua ada badut...hii..nevermind.

MCKY2014
Rumah di Desa Berau

Setelah berpamitan dengan Daeng kuncen, saya diajak mampir ke rumah Daeng Sahrul, beliau menawarkan saya dan teman saya minum, sementara Balbie masih pucing katanya, bahkan saya sempat lihat Balbie bicara sendiri..o ow..mungkin kepalanya Balbie kebentul tembok gua saat Balbie nekad loncat tadi karena si Lebong-lebong gua, awas aja kalau sampe alesan ga bisa bawa mobil, hih saya panggil itu laba-laba buat mijitin dia. Rumah Daeng Sahrul sangat nyaman, bentuknya khas rumah traditional Sulawesi Selatan, ada beranda dan bale bengong untuk Daeng Sahrul dan keluarganya bercengkrama diwaktu senggang. Ah pasti nyaman duduk santai disini saat sore hari sambil menikmati teh hangat ya.

Tidak berapa lama, saya, teman saya dan Balbie pun kembali ke Dermaga Desa Berau untuk segera kembali ke Kota Makasar, tidak lupa juga kami berpamitan ke Ibu Maryamah, pemilik warung yang sudah masakin kita mie rebus dan membuatkan teh manis di Desa Berau. Perjalanan pulang kami pun ditempuh dengan waktu yang sama saat kami berangkat tadi, kurang lebih 30 menit. Dan sepanjang perjalanan pulang, Balbie terlihat tidak nyaman, saya penasaran, kenapa bal? Tanya saya curiga, Jawaban dia membuat saya tertawa terpingkal-pingkal, Balbie pipis dicelana hahahaha, muka sih boleh sangar, tato dimana mana, tindikan sampe ujung hidung macam Kerbau aduan, eh ama laba-laba keok ahahaha (bagus dia ga tahu ya saya takut badut, Aman)


MCKY2014
Karst di Sungai Puthe
MCKY2014
Karst tampak dari kejauhan

Sunday, 21 December 2014

No Drama (please) di Pulau Pari

MCKY2014
Jajaran Perahu di Dermaga Pulau Pari

 “Gw mau ke Pulau Pari ah sabtu besok, ada yang mau ikut? No Fuss No Muss. Begitu bunyi ajakan saya di group jalan-jalan tercinta, “Kemping Cukstaw” dan tanpa menunggu lama, kak bulan (her blog is: ubermoon.me) menyambut ajakan saya tersebut dengan suka cita, ah senangnya saya ada teman jalan untuk menghabiskan akhir pekan di Pulau Pari.
“Pulau Pari adalah salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu Jakarta Indonesia Pulau ini berada di tengah gugusan pulau yang berderet dari selatan ke utara perairan Jakarta. Dengan pantainya yang berpasir putih dan berair bening kehijauan, Pulau Pari menjadi salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu. Dengan kapal cepat, Pulau Pari bisa ditempuh 1-1,5 jam dari Dermaga Marina di Ancol atau dari Pelabuhan Kaliadem di Muara Angke Jakarta Utara. Pulau ini relatif dekat dengan Pulau Rambut, Lancung dan Tidung dan Pulau Pramuka yang menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu. Dari beberapa pulau itu, Pari bisa ditempuh kurang dari 30 menit. Pari menjadi salah satu titik singgah kapal-kapal cepat angkutan umum milik Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang melayani rute Muara Angke-Kepulauan Seribu dua kali sehari”. Wikipedia

Rupanya keberuntungan memang tengah berpihak kepada saya dan Kak Bulan, tidak membutuhkan waktu yang lama buat kami untuk mendapatkan tiket jetboat secara online dengan harga yang oke, bayangkan, tanpa harus berdesakan dan menghirup aroma super sedap khas Muara Angke, saya berhasil mendapatkan tiket pergi-pulang secara dadakan ke pulau pari seharga IDR. 320.000 untuk berdua dengan fasilitas jetboat ber-ac dan tentunya waktu tempuh yang lebih singkat, saya dan Kak Bulan semakin optimis bahwa perjalanan kita kali ini akan menyenangkan seperti perjalanan kami lainnya.

December 6th 2014
Tepat pukul 5.00 a.m. alarm di handphone sayaberbunyi, bagusnya semalam sudah packing, jadi pagi ini tinggal mengecek lagi apa saja yang kurang. Saat semua sudah yakin terpacking, saya tinggal menunggu taxi datang dan sudah order dari tadi malam, bahwasanya saya minta dijemput jam 5.30 a.m. demi menghindari masalah dijalan atau macet, karena kita tidak bisa menebak jalan di jakarta bukan? Tapi sudah lewat dari 5.30 a.m. taxinya belum juga muncul, dan Kak Bulan sudah mengirim pesan singkat melalui whatsapp, “kak sudah sampai mana?” nah lho..jangan sampai Kak Bulan menunggu terlalu lama karena taxi yang telat. Setelah menghubungi operator taxi, ternyata ada kesalahan, rupanya sang Operator yang semalam menerima pesanan salah memasukan jam orderan, tertulis dilaporan yang masuk adalah 8.30 a.m. oalah mas, mungkin lagi ngantuk ya saat saya telp semalam hehehe, akhirnya saya pesan taxi baru sebagai ganti orderan yang salah.
Masuk kedalam taxi pengganti yang datang 10 menit setelah saya telpon tadi, sayapun berdoa, memohon kepada Tuhan agar saya dan Kak Bulan dilindungi selama perjalanan kami, mulai dari kami keluar rumah sampai kami kembali kerumah lagi, memohon agar diberikan cuaca terbaik, foto-foto yang bagus, juga diberikan kesenangan selama liburan ini dan dijauhkan dari hal-hal yang berbahaya dan mencelakakan ataupun musibah. Amin. Dan Alhamdulillah doa kami dikabulkan olehNYA.

Marina Ancol Dermaga 17 - 06.37 a.m.
Setelah menjemput Kak Bulan, kami langsung menuju Marina Ancol, Dermaga 17, dermaga dimana jetboat yang kami sewa (kursinya aja lho, bukan satu kapal hehehe) akan membawa kami ke Pulau Pari. Setibanya kami di Marina Ancol, beberapa dermaga yang kami lewati penuh ramai dengan para wisatawan dan penyelam yang akan pergi ke pulau seribu, wah semoga mereka semua ga ke pulau yang sama ya, kalau terlalu penuh bisa ga enak nanti.
Selesai dengan konfirmasi tiket dan verifikasi tiket, saya dan Kak Bulan menuju dermaga, sekalian cuci mata juga sih, mengingat biasanya banyak penyelam kece yang jomblo tanpa pasangan seperti kami, ya betul KAMI, *nunduk
Masuk kedalam jetboat tanpa harus berdesakan dan mendapatkan kursi yang nyaman untuk berdua sudah memulai kebahagiaan buat kami pagi itu. Dan perjalanan yang harusnya ditempuh selama 45 menit, sudah tertempuh dalam waktu 30 menit saja, oh rupanya ombak lagi tenang, jadi kapten bisa tancep gas sampai pulau pari, padahal saya niatnya mau tiduran sebentar, mengingat semalam tidurnya hanya 3 jam, ditambah rombongan manula berisik  yang satu boat dengan kami makin mempersulit kemungkinan saya untuk power nap..meh...well gpp juga sih, jadi lebih cepat sampe lebih enak, bisa explore Pulau Pari lebih jauh.

MCKY2014
Dermaga Pulau Pari
Pulau Pari - 07.45 a.m.
No Fuss No Muss...mengingat ini trip dadakan, saya memang belum mencari penginapan di pulau ini, tapi saya over pede saat itu, kalau saya dan Kak Bulan pasti dapat tempat menginap, yah sial sialnya kita tidur di mushala hehehe. Turun dari boat saya dan Kak Bulan langsung menuju sebuah warung yang menghadap ke arah dermaga Pulau Pari, warung Bu Sri, dan tepat disamping warungnya, ada tiga buah cottage bambu menghadap langsung ke pantai, aha..ini dia, tanpa ba bi bu, saya langsung bertanya perihal cottage tersebut, rupanya si ibu yang jaga warung adalah staff Ibu Sri, beliau bilang kalau cottage itu kosong, tapi takutnya sudah dibooked oleh travel, bahkan dia menawarkan kami untuk menginap di penginapan miliknya saja, hmm setelah kami lihat, kami masih lebih cinta ke cottage bambu tanpa ac yang letak kamarnya bersebelahan dengan jalan raya itu, biarlah, toh kami memang ingin sesuatu yang baru saat kami liburan, begitu dapat harga, IDR 350.000 untuk satu malam dua hari, satu cottage dengan fasilitas; serambi untuk gosip-gosip atau leha leha setelah snorkeling, satu kamar tidur dan tv plus kasur springbed, satu kamar utama dengan bantal lengkap dan kipas angin dan pastinya kamar mandi dengan air segar yang lebih dari cukup, oh iya Bu Sri juga melengkapi fasilitasnya dengan satu galon air mineral, buat kami berdua, ini sudah sangat ok. Saat itu Bu Sri tengah mengurus anaknya, jadi kami tidak sempat bertemu beliau.
Dua mangkok mie rebus sudah masuk kedalam perut dan siap menjadi tenaga buat kami berdua bersepeda menyusuri indahnya Pulau Pari, untuk sewa sepeda, kami dapat harga special, IDR. 20.000 @sepeda sampe bego, beuuuh senangnya, dengan catatan harus pandai pandai memilih sepedanya ya, jangan sampe dapat sepeda yang ga ada remnya hehehe dan perjalanan kami dimulai ke Pantai Keresek.
 
MCKY2014
Sepeda Biru saya di Pantai Keresk
Pantai Keresek (Pantai Masnya KEREn dan Mbaknya SEKsi)
Sama dengan pantai pantai lainnya di pulau seribu, pantai ini menawarkan hamparan pasir putih yang lembut, air berwarna hijau toska dan tumpukan sampah. kebetulan saat itu musim barat, jadi sampah dari pulau lain mampir dulu ke pulau ini, tepatnya ke Pantai Keresek. Kami berdua memarkirkan sepeda kami disamping warung yang posisinya tepat dibibir pantai, setelah memesan dua buah kelapa muda, kami pun ngobrol ngalor ngidul ketawa ketiwi ditemani bapak nurdin pemilik warung yang berseloroh kalau pantai keresek ini singkatan dari mas nya KEREn dan Mbaknya SEKsi, walhasil kami pun menggeliat geliat sambil bilang “ah masa siy pak, masa siy” si bapak pun langsung balik kanan masuk warung, kirain si bapak mau ambil bensin, eh ga tahunya beliau kembali dengan sepiring cemilan khas pulau pari, yaitu, keripik sukun!!!
Sukun adalah nama sejenis pohon yang berbuah Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip  roti setelah dimasak atau digoreng. Karena itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai "buah roti" (Inggris: breadfruit; Belanda: broodvrucht, dll.). Sukun sesungguhnya adalah Tumbuhan yang terseleksi sehingga tak berbiji. Kata "sukun" dalam bahasa Jawa berarti "tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah lainnya, seperti Jambu Biji dan Durian. "Moyangnya" yang berbiji (dan karenanya dianggap setengah liar) dikenal sebagai Timbul, Kulur (Bahasa Sunda), atau Kluwih (bahasa Jawa), Kulu (bahasa Aceh), Kalawi (Minang). Di daerah Pasifik, kulur dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal dengan berbagai nama, seperti kuru,ulu, atau uru. Nama ilmiahnya adalah Artocarpus altilis. Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat di pelbagai kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari atau dalam tungku, sehingga awet dan dapat disimpan lama. Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan berfermentasi beberapa minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip keju yang awet, bergizi dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan keripik dengan cara diiris tipis dan digoreng. Sukun dapat menghasilkan buah hingga 200 buah per pohon per tahun. Masing-masing buah beratnya antara 400-1200 gr, namun ada pula varietas yang buahnya mencapai 5 kg. Nilai energinya antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak mengherankan bila sukun menarik minat para penjelajah Barat, yang kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan makanan murah bagi para budak di sana”. wikipedia

MCKY2014
Pantai Keresek

Rasa keripiknya? Enak bangeeeeet, saya dan Kak Bulan sampe pesan tiga karung buat oleh-oleh, ada dua rasa, original dan balado, menurut kami yang paling enak yang rasa balado, beuuuuh pedasnya bikin makin seru acara ngobrol di tepi pantai. Berhubung keripik sukunnya buatan sendiri, baik bumbu maupun keripiknya, maka kami harus bayar uang muka terlebih dahulu sebagai tanda jadi, dan karena persediaan cabai yang tengah terbatas, maka kami pun hanya bisa memesan 10 bungkus saja, dengan harga per-bungkus IDR. 10.000. Setelah kenyang dan puas foto-foto, saya dan Kak Bulan melanjutkan kembali petualangan kami, kali ini tujuannya adalah Pantai Pasir Perawan, uuh namanya aja perawan, pasti sepi deh pantainya.

Pantai Pasir Perawan
Berjuang mengendalikan sepeda yang remnya kadang bisa kadang ngga itu sesuatu banget lho, apalagi kalau harus lewat didepan cottage yang isinya pemuda ganteng, bawaannya pengen mampir sambil nawarin keripik dan pijat gratis hehehe, dan naik sepeda kalau kebanyakan ngelirik bisa nyusruk deh atau paling ngga sih nabrak pagar rumah orang hehehe saya dong dua kali nyusruk dan sukses diketawain mereka yang lihat, ih sebodo amat deh, yang penting fun dan Kak Bulan pun termasuk yang ikut ngetawain saya saat sepeda saya masuk pekarangan penduduk hahaha *toyorbulan

MCKY2014
Kak Bulan di Pantai Pasir Perawan

IDR. 3000 untuk tiket masuk ke pantai pasir perawan, wah dari gerbang masuknya saja sudah terlihat bagus, pasirnya lembut, parkiran sepedanya luas dan rapi, makin tak sabar deh kita berdua. Urusan parkir sepeda selesai, saya dan Kak Bulan menuju bibir pantai, memilih gazebo bambu yang nyaman yang jauh dari ABG berdarah ataupun romeoh dan julied yang kok kayaknya nyolotin ya siang siang bolong peluk pelukan dipinggir pantai sambil mandang ke arah kami berdua dengan pandangan yang bikin emosi, ih gw sumpahin loe putus (efek iri dan dengki). Lalu kami pindah ke arah yang jauh dari serbuan ABG.
MCKY2014
Lorong Bakau di Pantai Pasir Perawan

Namanya Pak Ahmad, beliau menawarkan kami wisata taman bakau dengan perahu kayuh kayunya seharga IDR. 30.000, tanpa menunggu lama, saya dan kak bulan langsung oke dan naik ke perahu pak ahmad, dan sungguh luar biasa pemandangan yang ditawarkan, kami diajak menjelajah lorong-lorong bakau yang cantik, dengan hamparan jernihnya air laut dibawah kami, sayang dibeberapa tempat banyak sampah yang terbawa arus barat dan menumpuk dihutan bakaunya. 15 menit lamanya kami bersampan dan benar benar puas dengan pemandangan di pantai pasir perawan ini, selain perahu kayu, di pantai ini juga ada penyewaan perahu kayuh untuk pasangan muda mudi, dan melihat dari kontur pantainya yang landai dan dangkal, pantai ini sangat cocok untuk keluarga atau yang hendak membina keluarga, ada warung makan, ada tempat bilas setelah main dipantai, tempat ibadah dan juga sangat cocok dipakai untuk kemping, saat itu kita melihat ada beberapa tenda dipinggir pantai dan hammock yang tergantung untuk menambah serunya bertenda dipinggir pantai. Setelah membayar onglos perahu, kami pamit sama Pak Ahmad untuk keliling pulau, saat itulah muncul teman Pak Ahmad, yang tanpa diminta dengan setengah teriak berkata “teman saya jomblo tuh neng, perahunya banyak” sambil melirik Kak Bulan...astaga...saya mau ngakak kok ya rasanya ngga tega hahahahaha...

Pantai Pasir Perawan

Snorkeling dan berjemur - 12.15 p.m.
Setelah puas menemani Kak Bulan gelantungan diatas pohon di Pantai Pasir Perawan, kami melanjutkan kembali bersepeda ria keliling Pulau pari, tapi rupanya perut kami sudah mulai disko, harus segera diisi, hmm harus cari warung nasi nih, dan bagusnya kami menemukan sebuah warung yang menjual nasi rames dengan isi nasi putih, ayam goreng, lalapan ketimun dan sambal rawit menjadi menu makan siang kami, tentunya dengan penebus dahaga beruga es teh manis dan Alhamdulillah, enak banget, memang kalau kita berdoa sebelum makan itu akan makin menambah nikmat makanan apalagi kalau harganya murah, makin endang estaurina.
MCKY2014
Kak Bulan Setelah Snorkeling

Kak Bulan rupanya sudah siap dengan snorkeling gearnya, saya pasrah dengan apa yang ada aja deh, kalau dapat gear ikut nyemplung, kalau ga saya temenin Kak Bulan saja, dengan berjemur diatas dick kapal, i mean deck kapal ala ala. Walau akhirnya dapat alat snorkeling dan sewa kapal seharga 300 ribu seharian, saya lebih banyak menghabiskan waktu berjemur, sementara Kak Bulan dan Pak Mole (pemilik kapal yang kami sewa) mendadak akrab, si bapak menjadi photographer andalan Kak Bulan selama snorkeling, ini yang saya suka dari Pulau Pari, semua penduduknya super ramah, seperti pulang kampung saja rasanya, semuanya tulus, saya betah kalau harus berlama lama di pulau ini, hidup tanpa barang-barang bermerk, tanpa Chanel, Prada, Hermes, Fendi oh saya lebay.
Selain kapal untuk snorkeling, Pak Mole juga memiliki rumah sewa untuk penginapan dan juga sebuah warung didepan rumahnya, ah pokoknya paket lengkap deh Pak Mole ini, bahkan beliau pun bersedia menyediakan kami makan malam, (tapi tidak bersedia mencarikan kami jodoh ya pak hehehe) dengan menu: Ikan Ekor Kuning bakar khas Pulau Pari, uuuh saya dan Kak Bulan makin tak sabar menunggu waktu makan malam, tapi kami masih harus mendatangi lagi satu tempat yang wajib didatangi saat kita di Pulau Pari ini, yaitu dermaga LIPI (Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia) untuk melihat sunset, setelah selesai bersih bersih sehabis snorkeling, saya dan Kak Bulan mengayuh sepeda kami menuju pantai LIPI, saat melewati sebuah pertigaan, tepatnya dijalan Kidadeng Z, kami berhenti untuk jajan BAKSO dan otak-otak, ya BAKSO, saya memesan semangkuk bakso sementara Kak Bulan memesan Otak-otak, saya kaget dengan rasa baksonya yang lezat, ditambah kucuran Jeruk Limau, ras Bakso Sapi ini semakin nikmat, terlebih pemandangannya adalah hamparan laut lepas.

MCKY2014
Dermaga LIPI

Puas jajan, kami menuju LIPI, dan disana kami berkenalan dengan sepasang remaja ibukota Tangerang Selatan yang tengah dimabuk api cinta asmara aheeey...namanya intan dan pacarnya intan (saya lupa, maaf ya). Perjalanan menuju dermaga LIPI ini pun benar benar tak akan saya lupakan, kiri kanan kami belukar lebat dengan penerangan lampu jalan yang memadai, sungguh mereka merawat dan memfasilitasi pulau ini dengan sangat baik, dan jauh dari kesan angker atau seram.

MCKY2014
Dermaga LIPI
Setibanya di kawasan LIPI, kami langsung menuju dermaga, dermaga yang dimaksud disini adalah sebuah bangunan berupa panggung diatas laut dan tak terpakai. Menuju tempat ini pun sangat penuh perjuangan, mengingat jalurnya yang sudah rusak terkikis air laut dan ombak, namun pemandangan yang ditawarkan sangat indah, senja merona merah diatas langit Pulau Pari, mentari bulat meluruh pamit perlahan dengan siluet awan keperakan berarak yang cantik, sungguh saya terpukau, Alhamdulillah masih bisa melihat karunia Tuhan yang indah ini, walau ada serombongan abg yang bikin jengkel, bukannya memberi jalan kepada pengunjung yang hendak mengambil momen sunset, mereka malah berkumpul diujung dermaga, sigh...mbok ya lihat sekeliling dik, harus berbagi kalau ditempat seperti ini, terlebih dermaganya sempit, beruntunglah saya yang bawa termos alias lensa yang mumpuni, buat mereka yang hanya bawa pocket kamera cukup asem dipinggiran karena ga bisa mengarahkan kamera mereka yang terhalang rombongan abg yang mirip koloni singa laut, ketawa ketiwi becanda garing minta dijorogin ke laut. *joroginabgkelautsatusatu
MCKY2014
Senja di Dermaga LIPI

Ikan Bakar dan keramahan pak Mole – 07.15 p.m.
Selepas sunset time, saya dan Kak Bulan mampir ke Dermaga Pulau Pari, menikmati deburan ombak sambil ngobrol, ah serunya, jarang-jarang bisa begini, setelah puas foto foto dan main di dermaga, kami kembali ke cottage untuk persiapan makan malam.
Bertemu teman baru saat liburan adalah salah satu manfaat berlibur, kita jadi bertemu orang baru, dan seperti yang telah saya sebutkan diatas, saya dan Kak Bulan berkenalan dengan Intan dan pacarnya Intan, setelah saling berkenalan, kami mengajak Intan bergabung bersama kami untuk makan malam dirumah Pak Mole, mengingat warung Bu Sri sudah tutup sejak jam Enam sore, adalah pilihan bijak untuk mengiyakan tawaran Pak mole dan ikan bakar dirumahnya, dengan hanya bermodalkan IDR. 100,000 untuk berempat, kami mendapat 6 ekor ikan ekor kuning ukuran besar, ditambah sambal tomat rawit kecap dan nasi putih hangat yang pulen. oh ini nikmat sekali. Perut kenyang, hati senang dompet riang, sungguh kami bahagia. Pak Mole dan keluarganya pun sangat ramah, beliau juga menyarankan agar kami ke Pantai Pasir Perawan dimalam hari untuk melihat acara malam mingguan disana, selesai makan, kami pun berpamitan menuju Pantai Pasir Perawan, berempat kami mengayuh sepeda kami sambil sesekali bersenda gurau.

MCKY2014
Senja Di Dermaga LIPI 

Setibanya di pantai pasir perawan kami melihat ada acara dangdutan, uuh seru sekali, rupanya ada rombongan dari Jakarta yang tengah mengadakan acara outing kantor dan menyewa dangdut organ tunggal yang suaranya langsung menggema sepanjang Pantai Pasir Perawan, sekitar 10 menit kami disana, karena tak tahan dengan kaki yang makin lama makin bergoyang ingin ikutan a.k.a keberisikan maka kami pun memilih untuk kembali ke cottage, dan saya sudah tahu mau makan apalagi habis ini hehehe kali ini incaran saya adalah, Martabak Ketan Hitam yang sudah sempat saya lihat tadi sore, satu porsi Martabak rasa Ketan Hitam hanya IDR. 8000 rupiah, sementara pilihan Kak Bulan, rasa Cokelat Keju seharga IDR. 12.000, soal rasa jangan ditanya, Mang Engkus sudah berjualan Martabak sejak lama, jadi rasanya boleh diadu dengan Martabak di Jakarta, enak dan lembut, lokasi jualan yang strategis membuat Martabak Mang Engkus yang berlokasi di Dermaga Pulau Pari selalu ramai diserbu pelanggannya. Dua porsi Martabak Ketan Hitam sudah habis saya sikat, dan sekarang waktunya tidur, setelah pamitan sama pasangan ahey ahoy (yang saya pergoki hampir ciuman hahaha maap ya, siapa suruh pacaran dibawah pohon, kan jadinya saya intip) saya dan Kak Bulan masuk kamar dan bersiap untuk tidur, Alhamdulillah, cuaca sehabis hujan itu membuat Angin Pantai menjadi sejuk, Bulan Purnama sudah muncul, kami pun sukses tidur dengan lelapnya, dengan rencana bangun pagi hari untuk melihat sunrise di Pulau Pari. Zzzzz
 
MCKY2014
Purnama diatas Pulau Pari
Hujan, Kopi hitam dan No ATM di serambi cottage 08.20 a.m.
Kak Bulan bangun lebih awal dari saya, rencana lihat Sunrise tinggalah wacana, hujan yang turun dengan derasnya pun membuat saya semakin malas bangun dari kasur, tapi karena posisi kamar yang berdekatan dengan jalan, mau ga mau saya bangun, berisik hehehe, lalu menghampiri Kak Bulan yang tengah asyik ngobrol dengan pasangan ahey, lalu Kak Bulan memesan dua mangkok Mie rebus dan Kopi Hitam, duh Kak Bulaaaaaan...seandainya ya, kita datang kesini sama someone special pasti lebih yahud, eh tapi tunggu dulu, saya kan udah bareng kamu, my very special sister yang asyik, jadi saya ga perlu pacar, belum tentu asik juga ama pacar kesini. *benerinkemben
Hujan reda sekitar jam 10 pagi, saya dan Kak Bulan masih ketawa ketiwi santai, mengingat Jetboat kami baru berangkat dari Pulau Pari menuju Dermaga Marina sekitar jam 02.30 p.m., jadi waktu kami berdua masih panjang, tapi kami juga harus buat perhitungan pembayaran, nah disinilah saya baru menyadari kecuekan (baca: stupidity) saya, ternyata uang cash saya tertinggal eng ing eng berbekal mobile banking dan uang simpanan Kak Bulan dari semua saku dan selipan, kami mendatangi Bu Sri pemilik warung, hahahaha saya jadi ketawa lagi kalau harus mengingat ini, bayangkan, penampilan macam Paris Hilton dan Nicole Richie, kamera boleh kece, lensa boleh segede termos pak tani eh bu tani ding, kalau pak tani punyanya cangkul, anyway, perhitungan saya dan Kak Bulan untuk cottage sudah pas, tetapiiiiiiiiiiiiiii buat Keripik Sukun kami yang tiga karung itu uang kami kurang 5000 rupiah, hahaha TOLOLnya saya, tapi eits, dengan ide yang muncul saat terjepit ini, Kak Bulan mencoba menghubungi Pak Mole, berharap Pak Mole punya rekening bca, saya akan transfer sejumlah IDR. 300,000 rupiah sebagai biaya sewa kapal yang sudah kami bayar tunai kemarin, sebagai gantinya Pak Mole mengembalikan uang tunainya, uuh idenya briliant, sayang Pak Molenya ditengah laut, siapa yang mau jemput? Kak Bulan? Saya? Mending Bu Sri aja gimana? Hiks..plan a gagal, next plan, plan b, merayu Bu Sri agar mau pembayarannya ditransfer ke rek beliau, sejumlah IDR. 200.000 dan 150.000 secara tunai jadi kami tetap bisa jajan jijin lagi ahahaha, dengan penuh perjuangan, kami berhasil meyakinkan Bu Sri akan fasilitas transfer dari m-banking, cihuuuuy alhamdulillah Bu Sri setuju, setelah transfer dengan nominal yang disetujui, saya dan Kak Bulan tancap gas menuju Pak Nurdin menjemput keripikSsukun kami dan kembali ke cottage untuk final packing.

MCKY2014
Kapal Karam di Pulau Pari
Dermaga Marina dan Sahabat
03.28 p.m.
Akhirnya kami pulang menuju Dermaga marina dengan Jetboat yang kemarin membawa kami ke Pulau Pari, beruntung nama kami disebut duluan jadi saya dan Kak Bulan bisa mendapat kursi di deck atas, sepanjang perjalanan pulang saya sibuk foto sementara Kak Bulan asyik menikmati pemandangan hamparan laut biru.
04.16 p.m.
Kami tiba di Dermaga Marina Ancol, Alhamdulillah, liburan kami di pulau pari sangat menyenangkan, terlebih saat di Dermaga Marina Ancol kami dijemput Kak Astrid, Kak Lejid dan Cici yang akan menghabiskan senja bersama sama di restauran Bandar Jakarta Ancol untuk makan malam. Sungguh, kadang perjalanan tanpa itinerary bisa menjadi keseruan tersendiri, terlebih jika partner liburan kita sangat santai dan menikmati menit demi menit selama liburan, jangan lupa untuk menyiapkan uang tunai secukupnya.
Rembulan Indira (at her own blog ubermoon.me) terima kasih ya udah nemenin, semoga persahabatan kita masih terus sampai tujuan wisata lainnya. Amin



MCKY2014
Lepas Senja di Dermaga LIPI

Tuesday, 18 November 2014

Mendaki Ceremai, melepas ingatan tentangmu...






“Dan kita akhiri perjalanan cinta kita di bulan ini, October…setelah masing-masing kita mencoba segala cara untuk tetap berdiri bersama, mencoba utuh dalam satu, mencoba bersama, namun sudah cukup airmata, sudah cukup tekanan jiwa, kita berdua….kini jiwa yang merdeka”

Berawal dari postingan salah seorang teman pecinta alam di halaman facebooknya berupa sepasang HT yang akan dia pergunakan saat mendaki di Gunung Ceremai, Cirebon Jawa Barat, hati saya berkata “this is it…saya harus mulai bisa mencari kesibukan yang kembali membuat saya larut dalam kebebasan dan ketenangan untuk jangka waktu yang lama, bukan sementara, bukan pelarian, bukan dengan cinta yang baru, bukan pula dengan orang yang bilang I love you…(terima kasih mak geboy…perjalanan ke gunung ciremai ini, membangunkan kembali jiwa petualang saya yang sempat tertidur lama *prikitiiiiiiiw).

Seperti biasa, saat hobby berganti, alat pendukung hobby bisa dipastikan pindah ke dimensi lain dan tak bisa ditemukan kembali, kali ini menimpa ransel dkk. Setelah hampir 3 tahun menghabiskan liburan dengan passport dan Negara yang membuat dompet tipis sepulang liburan, saya kembali berniat naik gunung dan tanpa menunggu lama, setelah jam kerja saya langsung mendatangi toko penjual alat-alat berpetualang. Saya memilih toko dikawasan Cipulir, Jakarta Selatan untuk membeli ransel 75 liter yang nantinya akan menemani saya mendaki Gunung Ceremai.

(Gunung Ceremai, seringkali secara salah kaprah dinamakan "Ciremai") adalah gunung berapi kerucut yang secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Posisi geografis puncaknya terletak pada 6° 53' 30" LS dan 108° 24' 00" BT, dengan ketinggian 3.078 m di atas permukaan laut. Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat.

Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.

Kini G. Ceremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), yang memiliki luas total sekitar 15.000 hektare.

Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat.) sumber: Wikipedia.


Kamis malam, 09 October 2014
Seperti biasa, saya selalu menguhubungi salah seorang sahabat saya, kklejid saat saya melakukan ritual packing, bukan apa-apa, saya itu suka ga tanggung-tanggung kalau packing, suka ga bisa bedain mau ke puncak gunung atau mau ke atau mau ke st. peter, baju yang dibawa bisa buat porter atau bellboy melotot keberatan saat angkat tas saya hehehe, beruntunglah sedikit demi sedikit kebiasaan itu hilang. Sambil terus packing, kklejid tak berhenti memberi wejangan ke saya apa yang boleh dilakukan di gunung yang konon kabarnya sangat angker tersebut dan yang tidak boleh dilakukan, dan seperti biasa: “ingat ya mbok, ga boleh ngomong F word, MF word endersa endersu. (angker mana ama jalanin hubungan tapi ga punya quality time? Hah? Hah? Angker mana coba? *usapairmatapakeujungdaster). Selesai packing, saya mencoba tidur, mencoba mengistirahatkan isi kepala agar berhenti bertanya…”salah saya apa ya sampai dia tega begitu…” akhirnya saya terlelap dalam gelap.

“Kembali mencoba menggapai mimpi dengan asa yang kehampaan, merindukan tenangnya tersenyum dalam dekap kenyamanan, cinta… walau akhirnya dipaksa terjaga dalam satu hentakan bernama realita…kita berdua…kini sudah tak ada “kita” diantara kita”


Jumat Malam, 10 October 2014
Greg:  “are you sure?”
Saya:  “yup”
Greg:  “balik utuh ya, kan mau nemenin saya mancing di pulau seribu”
Saya:  “hahaha…oke boss” jawab saya sambil memasukan kapak lipat kedalam keril
Greg: “mau kemping atau cari bushmeat sih? Bawa alat algojo gitu” tanyanya sedikit protes melihat kapak yang saya bawa.
Saya: “just in case ada abg abg berdarah yang bikin emosi, kan ga perlu banyak omong tinggal tebas” jawab saya asal
Greg: “hahahaha sakit jiwa”

Greg…
Kita hampir pacaran, tipe orang yang suka muncul disaat yang tepat dan menghilang disaat tidak tepat, Indo, 185cm, cut, muscle, brainy, good looking, gaynizer, mapan, sedikit bangsat, hobby mancing dan segala sesuatu yang berbau taruhan.

Greg: “harus ke gunung ya biar lupa sama dia?” tanyanya menyelidik
Saya: “Kepo nih yee..ini bukan dalam rangka melupakan or melepas galau, udah lama aja ga angkat ransel”
Greg: “ga mau angkat yang lain aja mike?, ucapnya sambil kasih kode begituan”
Saya: “hahaha…nice try…jadi mau anter atau ga? Tanya saya
Greg: “alrighty…abis naik gunung gimana?, (tetap usaha ya  nih kunyuk satu)
Saya: “teman-teman saya sudah kumpul pastinya, ayo turun. Saya menarik lengan kekarnya agar cepat menuju lobby

Sepanjang perjalanan menuju terminal kampung rambutan kami tidak banyak bicara, sesekali dia mengusel ngusel rambut saya dan masih aja usaha supaya saya berubah pikiran, dia khawatir katanya, khawatir kalau victoria beckham bakal digigit binatang liar (sebuah alasan murahan berdasarkan usaha akan niat tertentu yang sama sekali tidak cerdas…cih). Saat mobil yang kami tumpangi hampir memasuki kawasan terminal, greg sempat bertanya, sebuah pertanyaan yang membuat saya meremas topi yang saya bawa…

Greg: ”masih kepikiran dia ya?” tanyanya datar namun dalam
saya membalas pertanyaan dia dengan pelukan selamat tinggal dan ucapan terima kasih sudah diantar dan dibantu packing, saya tidak berani memandang mata berwarna coklat muda itu, khawatir dia melihat ada bentukan airmata yang terbendung dimata saya…
dalam hati saya bergumam, ”kepikiran? Kepikiran?” ya menurut loe aja greg *tendangjaguarnya.

Orang yang pertama yang saya jumpai adalah andhika, lalu tante lin, arin, doris, raja (zzzz ada cerita tentang dia nanti…bukan romansa, tapi bikin emosi jiwa) mak ade, seorang teman lama yang karena dialah saya bisa bergabung di perjalanan ini. Lalu berturut turut taufik, erik, yudi dan doris. Tak ketinggalan alm. Bang muchtar, R.I.P man.

Soto Ayam Gerobakan, Bus AC Alam, Copet Dalam Bus, Drama supir dalam kota…
Setelah berkenalan dengan beberapa pendaki dan bertukar kabar dengan teman lama yang bertemu kembali di terminal kampong rambutan, saya, tante lin, arin pun sepakat untuk isi perut dulu di soto ayam sekitar terminal, soto ayamnya lumayan, setelah kenyang, kami kembali ke meeting point, bersiap siap menuju bus yang akan membawa kami ke kota kuningan, jawa barat , saya memikirkan bus ac yang tenang, jok kulit khas bus antar kota yang siap mengantar mimpi dalam panjangnya rute yang ditempuh hingga terjaga dengan senyum dan badan yang fit setelah tenaga terisi, tapi kenyataan berbanding terbalik dengan keadaan wahai pembaca yang budiman, sesampainya kami di shelter bus yang ke arah kuningan, yang kami jumpai adalah: bus butut dengan cat yang sudah tidak jelas warnanya, berikut calo dan entahlah siapa itu laki-laki lain yang bergerombol disekitar bus sibuk dengan lembaran uang dan tiket lusuh…apa? Kondektur? Ya mungkin saja, seingat saya mereka tetap ngotot minta IDR.60.000 untuk sekali jalan ke dari terminal kampong rambutan ke kota kuningan, saya dan beberapa teman menunggu komando dari mak geboy dan doris, setelah mereka deal, berangkatlah kami menuju kota kuningan dengan bus ini…bismillah..saya menyusupkan doa dalam langkah pertama saya menuju bus.

Menunggu dengan kantuk dan lelah, berharap supir bus secepat mungkin menggerakan mobil ini menuju kota tujuan ternyata sama dengan “berharap mantan pacar minta balik” MUSTAHIL..karena setelah menunggu satu jam dalam terminal, 46 menit diluar terminal, 1 jam depan pintu tol, dan 32 menit seberang terminal, barulah bus ini membawa kami meninggalkan terminal kampong rambutan, meninggalkan sejenak beban pikiran saya di Jakarta, membawa saya ke tempat baru yang saya harapkan dapat setidaknya menipiskan sedih saya.

“Waktu perlahan maju, malam kian larut, dan kuhabiskan setiap menitku dengan sesalku, ah seandainya saja kita tidak pernah bertemu, isakku, perlahan berlalu”

Taufiq rekan saya tertidur pulas menikmati angin malam dari kaca samping jendela sebelah kanan saya yang terbuka, disamping taufiq ada beberapa abg-abg jenis terong terongan yang konon baru kali ini hendak mendaki gunung, (sangat terlihat dari gayanya yang lebih cocok dipakai saat berkunjung kerumah sanak saudara dikampung saat lebaran a.k.a rapi jali). suasana dalam bus pun tidak bisa dikatakan hening, music dangdut khas pantura terus menjerit jerit dari soundsystem bus yang cukup untuk membangunkan warga sekampung, tapi herannya semua penumpang terbuai mimpi, saya mencoba terbuai juga, tapi apa dikata, kursi plastik bus ac by nature ini membuat panas pantat saya, belum lagi bonus nyamuk yang tiada puasnya gigit kanan gigit kiri, taufiq lelap dalam mimpi, dan disaat saya hampir mencapai buaian surgawi dengan iringan musik dangdut yang terdengar sampai bus sebelah, kondektur bus membangunkan kita semua: “kita akan memasuki kawasan Palimanan, (Palimanan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat) jangan terlalu nyenyak tidurnya, kawanan copet mau naik!!! Bangun bangun, bangun dulu kang, mas, mang, sus, shay (boong ding, dia ga bilang shay hehehe) “kampret” saya mengumpat, semoga beneran copet ya, kalau sampai becanda, saya jorogin nih kondektur, saya menggerutu, saya hampir saja, hampir satu centi mencapai mimpi, mimpi duduk diatas seng panas…tetapi, apa yang diperingatkan kondektur bus benar adanya, tidak lama bus berhenti dan terdengar gedoran dipintu belakang, naiklah 3 orang cungkring dengan gaya busana yang seolah olah berteriak kepada penumpang yang terkantuk kantuk “HELLOOOOOOW, copet nih, kacamata hitam ala rapper yang tetap dipakai saat waktu menunjukan pukul 3.00 W.I.B, t-shirt warna hitam, celana panjang kargo gombrong yang menyebar aroma anti nyamuk alias bau sangit, dan sepatu canvas yang pastinya tidak pernah mengenal kata-kata “CUCI DULU YUK SHAY”. Trio copet ini maju ke barisan depan, menghampiri teman saya doris, bahkan ada satu yang konon sempat megang-megang doris, pahanya pula, (OMG, kenapa bukan saya aja sih yang digrepe grepe? Kurang apa saya pet? Saya udah pake celana pendek, udah waxing, udah mandi kembang, udah makan kembang, ga pake celana dalam, kenapa pet? Kenapa? *sambitchanel).

Saya hanya memperhatikan sebentar, saya malah sibuk dengan nyamuk keparat dan…ya Tuhan ingin rasanya saya keluar dari jendela karena pantat saya makin panas dan tepos, soal copet, Insya Allah aman, saya belum ambil uang tunai, yang saya bawa hanya rindu, cinta dan niat tulus *dijoroginpembacakeluarbus.

Sampai di Palimanan, saya berpikir kalau siksaan pantat panas membara kursi bus neraka selesai, alias bisa cari angkot lalu menuju terminal maja, ketemu dengan pak ranger, istirahat makan siang, bobo siang, nonton dvd, trus ke PS beli cemilan #eaaaaa…trus menuju pos satu gunung ceremai a.k.a pos apuy trus manjat deh.

Tetaaaaaaaapi…eits…ternyata belum selesai dramanya, setelah hampir putus asa dengan beberapa supir angkot yang minta harga tinggi, akhirnya kami dapat juga supir angkot yang deal dengan harga IDR. 200.000, supir ini bilang dia hapal jalan dan paham betul seluk beluk kota ini dan pastinya terminal maja tujuan kami. kang jaha namanya, nama panjangnya…jahanam raya…

Angkot kang jaha (sebutlah namanya begitu, dan tunggu sampai selesai ceritanya) membawa kami ke terminal MAJA terminal tujuan meeting point kami dengan mang kacang, (supir yang akan membawa kami ke posko apuy). Selang 15 menit perjalanan menuju terminal MAJA, saya dan beberapa kawan merasakan kejanggalan, kok kita malah menjauhi gunung Ceremai ya, salah satu kawan , doris memastikan ke kang jaha, kalau kita salah jalan, kang jaha tetap pada pendiriannya, setelah satu jam mencari arah yang tak pasti (kayak hubungan saya kemarin gitu sih..ga jelas mau kemana, jadinya putus deh) akhirnya erik dan taufiq berinisiatif buka google map, kang jaha tetap membawa kita menuju terminal yang ternyata adalah terminal MAJALENGKA, pantes aja ga ketemu, lha wong itu dua tempat yang berbeda, dan berlawanan arah, setelah tahu ternyata dia salah, dia hanya komen: “saya kan supir baru, bukan dari daerah sini, wajar ya kalau saya kesasar, ya kenapa juga namanya maja sama dengan majalengka, kan saya ga tahu”
Saya: “nah akang bilang tadi katanya hapal jalan disini, gimana sih?
Kang Jaha: “ya itukan tadi sebelum kesasar”
Saya: *&%$#^&*
apa coba namanya kalau bukan jahanam raya?

Terminal Maja, 11 October 2014, 11.00 W.I.B
Bertemu kang kacang, salah seorang rekan ranger yang akan membawa kita ke pos apuy. Beliau sudah siap dengan mobil pick-upnya di terminal Maja (Kecamatan Maja adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Majalengka. Kecamatan Maja terletak di bagian transisi antara wilayah Tengah dan Selatan Kabupaten Majalengka. Kecamatan Maja memiki batas wilayah dengan: Utara : Kecamatan Sindang, Kecamatan, Sukahaji, Kecamatan Cigasong dan Kecamatan Majalengka. Selatan : Kecamatan Bantarujeg dan Kecamatan Banjaran. Barat : Kecamatan Majalengka dan Kabupaten Sumedang. Timur : Kecamatan Argapura.)
Selesai dengan belanja perbekalan di minimart yang berdiri persis didepan terminal maja, mobil pick-up kang kacang langsung membawa kami ke rumah pak dadang, (ranger senior yang meninggalkan saya hanya demi penyanyi dangdut cap jenggot yang akhirnya malah menyusahkan pak dadang…ahahaha sukurin!)
Makan Siang dan PHP...                                                               Setibanya dirumah pak dadang, kami disambut beliau dengan sukacita, makan siang sudah disiapkan beliau, berikut bekal kita selama di puncak Ceremai nanti (ayam goreng, oreg tempe, nasi putih), saya yang sudah sangat senang bertemu beliau, harus mengeluarkan kata kata mutiara khas saya “MotherFucker” karena demi melihat bentuk ransel saya yang sebesar kulkas dua pintu lengkap dengan drawer portable dikiri kananya, pak dadang tega meninggalkan saya, pak dadang memilih dia, pria berjanggut yang saat itu memang dandanannya lebih sengkrilip dari saya, lebih silau dari matahari diatas Banjarmasin jam 2 siang saat kemarau, pake jeans baru, earphone baru, kacamata rayban yang huruf A nya ada dua setelah huruf B RAYBAAN, gaya bicara bak saudagar berlian lagi cari tanah di daerah sukabumi plus cari selir selusin, (apalah artinya saya, yang saat itu cuma pake: t-shirt hugo boss putih, short pants Balenciaga, sepatu bally, topi ben Sherman dan gelang chanel, itu semua ga laku mik disini, mati aja loe sana) sambil menunggu pengganti pak dadang yang mulai ikrip sama bung rhoma, saya dan kawan kawan naik ke pick up mang kacang (saya kadung sebel ama pak dadang jadi ga sempat nanya: “eh kang, kok namanya kacang? Kenapa ga talas aja? Kan lebih keren tuh, dipanggilnya bisa taro, or talce? Aseli ga sempat, padahal pengin banget). 6 menit menunggu porter pengganti, doa pun tak putus putusnya saya panjatkan, agar ada pria gagah perkasa dari desa manapun itu yang akan membawakan kulkas dua pintu saya sampai ke pos 5 nanti, kalau tidak ada, terpaksa belati saya keluarkan dan pak dadang saya sudutkan pada pilihan sulit, bawain ransel saya atau istrinya tidak bisa lagi merasakan kenikmatan dunia. Tuhan memang baik, munculah ia, pria muda dengan tinggi sekitar 175cm, otot khas pemuda daerah pemain sepak bola dan olahraga lainnya, kulit sawo matang, garis wajahnya indo  (bayangin aja mukanya rasya anaknya tamara blez) namanya dikih…saya pun otomatis memanggilnya DHICKYYYYYYYYYYY…thanks God udah nyelamatin kaki dan punggung saya…(duh dick map ya kerillnya berat, atau dadang aja yang bawa kita gandengan tangan sampe puncak? Aku ada kitkat grinti sama asinan kulit buaya buat kita suap suapan dipuncak. gtu kira-kira gumaman saya setelah melihat dicky eh dikih)

October 11th 2014, 13.00 – Pos Apuy dan sampah…           Setelah perhentian pertama dengan pick-up kang kacang, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 1 apuy dengan berjalan kaki melewati perkebunan sayur petani setempat, shalat dzuhur dan mengumpulkan air kami lakukan sebelum mulai mendaki, saat musim kemarau seperti ini, akan sulit menemukan sumber air minum dijalur pendakian nanti. Belum sempat kaki ini menapaki jalur pendakian apuy, ada yang aneh dan bikin darah tinggi, jack…sampah dimana mana ya di pos 1 apuy ini, belum lagi warung yang berdiri di lokasi pos 1 ini seolah cuek dengan keadaan setempat, “peduli amat ama sampahnya, yang penting pendaki jajan, beres”, gtu kira-kira kali ya pikirnya, OMG...ada lagi…harga tiket masuk Taman Nasional Gunung Ceremai tertera IDR. 5000, tapi kami diminta membayar IDR. 20.000 per kepala, ckckckck..saya curiga mereka mengenali celana Balenciaga yang saya pakai itu, atau memang mereka mendadak aja naikin harga? Males nanya, liat sampahnya makin males. Liat dicky aja deh biar seneng. 
Pos 2...Jalur menuju pos dua kontur alamnya sama persis saat kita menuju desa cibeo baduy dalam banten, bukit dan ilalang sepanjang jalan, beberapa kali melewati tanjakan kecil, lepas 30 menit dari pos 1, kami tiba di pos 2, ngemil buah pear yang dibawa seorang kawan sambil mengatur nafas dan mengencangkan kaki kembali, disini stamina kawan kawan saya masih ok. Berlalu 15 menit di pos 2, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 3. 

Pos 3...Kawasan hutan mulai rapat sepanjang jalur menuju pos 3, saya, dhika, dorris dan gheboy menembus rimbunnya hutan dengan keheningan, sesekali kami berhenti untuk mengatur nafas atau sekedar membasahi tenggorokan dengan air, sambil sesekali memantau rekan kami yang masih dibelakang, saya baru sadar, dicky meninggalkan saya jauh didepan, duh terserah deh yang penting keril aman ya dick. Belum lagi sedih lihat banyak sampah tercecer sepanjang jalur…tiba-tiba...ini dia nih, gantungan botol mineral isi urine atau plastic isi sampah sepanjang jalan dan tergantung dipohon. Konon ada mitos yg bilang kalau di Gunung Ceremai kita ga boleh kencing langsung ditanah, but guys, come on, your pee? In the bottle? Plastic bottle? Come on lah, better pipis biasa aja dan doa minta selamat, selesai. Ga bikin sampah, ga ninggalin limbah, percaya adat dan peraturan setempat itu harus, tapi yang bagaimana dulu, kalau yang begini sih ga harus diikutin. Tolol namanya
Tepat pukul 14.48 kami tiba di pos 3, doris dan dhika tiba terlebih dahulu, disusul saya dan gheboy, sambil melepas lelah, tongsis timeeee…dicky pun sudah menanti dengan ekspresi wajahnya yang seolah olah menyesal tadi bergabung dipendakian ini, apalagi harus bawa lemari. Saya pura pura ga liat, sibuk foto 
Pos 4...Mendaki hingga sudut 45 derajat kami lalui menuju pos 4, vegetasinya pun mulai rapat, suasana mistis makin terasa, dibeberapa bagian hutan malah gelap dan tak tertembus cahaya matahari, saya malah menikmati moment ini, menikmati setiap langkah yang saya jajaki, merasakan sedih yang mengalir keluar dari keringat, mencoba melupakan dia, melupakan semua, mencerna kejadian dan semua yang sudah kami lalui, hingga akhirnya saya dan kawan kawan tiba di pos 4, kembali, kami beristirahat menikmati coklat dan cemilan lainnya, sambil berdiskusi akan buka tenda dimana, mengingat dari info yang kami dapat di pos 3, bahwa ada dua orang kawan kami yang kondisinya sudah drop, maka akhirnya diputuskan kita akan berkemah di pos 5 saja, karena untuk menuju pos 6 atau goa wallet, dibutuhkan kondisi fisik yang stabil dan fit. tak lama dicky muncul, wajah imutnya berganti dengan wajah orang yang mau mati, saya mikir…ada apa sih didalam keril saya, oooh baru ingat!!! Saya bawa 3 lensa tele hahaha duh tanpa pikir panjang saya pindahkan lensanya ke tas punggung saya, senyum dicky pun kembali. Lepas 23 menit beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 5, sayup sayup saya dengar dicky kembali bernyanyi nyanyi, hahaha boro-boro tadi mau nyanyi ya dick, mau nafas aja susye
Pos 5...Alhamdulillah…kami tiba di pos 5, saya, doris, geboy dan dhika, disusul taifiq dan yang lainnya, saat itu waktu menunjukan pukul 5 sore, dan dicky dengan wajah hampir putih pun muncul hahaha saya feel guilty. setelah menerima kembali “lemari” saya dari dicky, saya membongkar ransel dan mengeluarkan isinya, saya baru ingat ada: tenda kapasitas 4 orang, bahan makanan untuk dua hari yang disiapkan geboy dan lin, down jacket yang beratnya sekilo, sleeping bag dua buah, baju buat 3 hari, cemilan seberat 6 kilo, 2 matras, beauty case dan 6 liter air, sekilas saya menangkap ekspresi terkejut dari wajah dicky yang kalau diartikan dengan kata kata: “BITCH!!! OMG THAT’S A LOT OF SHITTTTT IN YOUR BLOODY BAG!!!!WTF!!!…duh aa dicky maaf ya, ace hardware pindah ke punggung kamu tadi, tar aku kasih kitkat rasa belacan deh
Lepas magrhib angin dingin di pos 5 makin terasa kencang, team konsumsi mulai memasak dan menghangatkan makanan, arin menggoreng cireng, gheboy membuat soto, lin menghangatkan dendeng, dhika buat air panas, seruuuuu…saya sibuk comot kanan kiri dan buat api unggun bareng ranger dan dicky setelahnya. Tepat pukul 7 semua anggota kami lengkap, termasuk dua orang teman kami yang tadi sempat ngedrop, menjelang tidur, saya meracuni kawan kawan dengan marshmallow bakar, hehehe senangnya mereka suka. Dan tidak berapa lama, satu persatu kawan saya masuk ke tenda untuk beristirahat, saya pun tak ketinggalan, baru 18 menit terpejam, mendadak ada suara dangdut dari speaker rombeng persis dari tenda sebelah, astagaaaaaa…keterlaluan, perlahan saya bisiki mereka, ralat…lalu saya pun teriak: “WOOOOOOOOOY BERIIIIIIIISIIIIIIIK” manjur…speaker rombeng itu pun berhenti..dengan kata kata pengantar “oh punten a punten, maaf maaf silahkan tidur lagi a”
Dag dug dag dug dag dug srek srek ctang ctung dag dug dag dug…saya terjaga..grrr ini apalagi ya? Astagaaaaaa…oh ternyata ada rombongan baru datang dan motongin kayu bakar tepat disamping tenda ditepi telinga saya, suaranya riuh rendah, cenderung berisik, karena rupanya mereka memotong kayunya bukan dengan kapak, tapi dengan mulut, ga heran berisik, dari dalam tenda saya menawarkan niat baik: “saya ada belati yang buat misahin tulang sama daging dan kapak lipat, belum dipake, ada yang mau nyoba?” ga lama mereka berhenti, kami melanjutkan tidur lagi…tapi…
Kebakaran…kebakaran…kebakaran…(saya nangis perlahan, Gusti nu Agung mau tidur aja kok yo koyo ngene, *kunyahmelati) demikian seruan itu terdengar berulang-ulang, bukannya kami tidak peduli, tapi mengingat itu jam 3 pagi dan gelapnya medan juga area yang tidak kami kenal, kami memilih menunggu para ranger yang langsung lari mendaki puncak untuk memadamkan api, agar tidak menjalar kemana mana. Entah karena terlalu lelah atau dingin yang teramat sangat, kami pun kembali tertidur.. ih kesannya ga peduli ya ama kebakaran, aduh maaf ya, tapi kita semua mendoakan biar apinya cepat padam dan tidak menjalar kemana mana kok. amin
Minggu, October 12th 2014 Puncak Ceremai, mistis yang harus diluruskan dan Ego...Minggu pagi yang cerah, dari dalam tenda saya yang berisi: saya, taufik dan doris, terdengar suara rekan rekan cantik kami yang tengah membuat sarapan diluar, Alhamdulillah, senang rasanya bisa istirahat walau nyaris pake belati yang buat tulang semalam. Arin memberikan saya roti isi dan teh hangat, yang lain saya lihat tampak berkemas menuju puncak. Tepat pukul 6 kami mulai mendaki puncak, padahal ya rencananya tuh jam 4 pagi ahahaha ya gimana dong jam segitu masih pingsan. Yang namanya menuju puncak itu ga mudah, dan gunung ceremai termasyhur dengan jalur menuju puncaknya yang cihuy, oh iya pastikan tidak naik ke puncak gunung ceremai dalam keadaan belum sarapan, bahaya, jalurnya terkadang menanjak cenderung merangkak dipenuhi jalur terjal yang lumayan licin meski saat itu bukan musim penghujan, tetap saja saya terjungkal dengan sukses beberapa kali. Satu jam mendaki kami tiba di pos 6, ini yang membuat saya kembali jengkel, entah berawal dari mana, mistis yang mengatakan, bahwa tidak boleh membuang air seni atau kencing ditanah, bisa kualat, walhasil, sepanjang perjalanan menuju pos 6 juga banyak sekali sampah botol mineral berisi urine yang tergantung, tergeletak dan teronggok disetiap pojok batu menuju puncak ceremai, ini harus segera diselesaikan, lama kelamaan gunung ceremai bisa penuh dengan limbah urin yang tersimpan di wadah plastic…sungguh jorok sekali. Saya yakin sebenernya dedemit gunung sini juga udah jengkel sama kelakuan orang-orang tolol ini, udah mit, sentil aja tititnya klu masih jorok, karena pasti cowok, umm klu cewek gimana caranya masuk ke botol coba? Okelah..ga usah detail…
Pos 6 atau goa Walet di lereng gunung ceremai (berada di tepi jalur pendakian berjarak sekitar 200 meter ke bagian atas dari titik pertemuan antara jalur pendakian dari Apuy, Kabupaten Majalengka dengan jalur pendakian dari Palutungan, Kabupaten Kuningan. Tepatnya berada di titik ketinggian sekitar 2.950 meter di atas permukaan laut, bagian barat daya lereng puncak Ciremai) disinilah awal dari kebakaran tadi pagi, menurut petugas pengelola pendakian Ciremai jalur Palutungan Endun Abdulah, dan petugas pengelola jalur Apuy Indi, kebakaran hutan di Goa Walet itu, mulai terjadi sekitar pukul 3.00 W.I.B dan sudah berhasil dikendalikan serta dipadamkan total oleh para pendaki dan ranger setempat pada pukul 5.00 W.I.B dari keterangan setempat, asal usul api kebakaran hutan perdu di area tersebut berasal dari perapian api unggun pendaki yang ditinggalkan begitu saja, atau bisa saja puntung rokok yang menyulut tanaman atau belukar kering sehingga membesar terkena angin. Namun, sejauh ini pihak pengelola pendakian jalur Apuy mapun Palutungan serta pihak BTNGC, menyatakan tidak sampai mengetahui pendaki atau kelompok pendaki pembuat api unggun biang terjadinya kebakaran tersebut. Ini adalah pelajaran buat kita semua agar lebih berhati hati dan bertanggung jawab pada daerah yang kita kunjungi, jangan sampai kita merusak apalagi menghancurkannya dengan kebodohan yang tidak seharusnya terjadi. Dan juga beberapa nisan in memoriam rekan-rekan yang gugur saat berjuang menuju puncak gunung ceremai, doa kami selalu untuk kalian.


Tepat pukul 09.00 saya tiba dipuncak, menikmati kebesaran ilahi, sungguh ceremai, kecantikanmu mengagumkan, keindahanmu diketinggian jawa barat ini tak tertandingi. Terima kasih telah menyambut kami dengan cuaca cerah. Puas bermain main di puncak ceremai, kami kembali turun ke pos 5, sebagian dari kawan kawan ada yang melihat mampir ke pos 6 atau goa wallet, saya memilih langsung turun ke pos 5.

Palutungan, Jalur Peri dan indahnya sunyi                                                                                           Setelah menerobos belukar dan semak yang lumayan lebat, rombongan kami tiba dijalur resmi palutungan, saya duet dengan erik, setelah erik siap dengan GPSnya, saya siap didepan dengan belati dan kapak lipat dipunggung, kami berdua langsung tancap gas buka jalan, sebagian kami habiskan berlari menuruni jalur yang lebih hijau dari jalur apuy, mungkin karena hutannya lebih rapat dan lebih banyak pohon. Setelah dua jam menuruni puncak, saya dan erik beristirahat sejenak, baru saja kami hendak membuka bekal…jreeeng..mata saya menangkap papan peringatan “dilarang berhenti terlalu lama dijalur ini” tanpa ba bi bi saya dan erik kembali tancap gas, setelah menemukan pos yang lumayan terang, kawasan terbuka, kami berhenti sejenak, tak lama doris pun muncul, melepas tegang dan lelah bersama, menyenangkan.
Perjalanan turun masih berlanjut, kali ini saya tercengang dengan jalur yang cantik, lepas dari pos 5 ada jalur yang kurang lebih mirip wedding isle, bayangkan Edward Cullen and bella swan (versi sunda boleh, pake blangkon dan kebaya) nah kiri kanannya hamparan bunga daisy, dibingkai pohon perdu setinggi orang dewasa, bagai labirin alami membingkai jalur, kurang lebih 30 menit panjangnya, dan harum…saya suka jalur palutungan, cantik dan..edward Cullen pake blangkon (tuwi uwi uwit, tuwi uwi uwit backsound resto sunda)

Lepas pos 2 kaki saya mulai mengunci, mau copot rasanya, belum lagi cadangan air yang mulai menipis, saat saya dan erik juga doris mulai lunglai, sayup sayup erik mendengar suara motor, ahaaaa…semangat yang erik berikan membuat saya dan dorris kembali bertenaga, kami langsung kembali fit, menyusuri jalan dengan semangat baru, tidak berapa lama….horeeeeeeee…hampir pos 1.
Meninggalkan kawasan hutan dan memasuki perkebunan penduduk, saya erik dan doris sempat berfoto dengan bantuan seorang adik yang baik hatinya dan bagus fotonya. Tanpa menunggu lama, kami menuju pos 1 palutungan, bersih bersih dan indomie rebus dua jadi satu telurnya 4 ya teh (tetehnya bengong 3 menit)
Kami mendengar kabar ada rekan kami yang ngedrop, maka kami memutuskan untuk menunggu, selang beberapa jam, tepatnya jam 7 sebagian dari kami memutuskan untuk mencari kendaraan sewaan ke kota kuningan, Alhamdulillah, berhasil dapat elf untuk disewa sampai Jakarta. Setelah semua rombongan lengkap, kami menuju Jakarta jam 11 malam. Oh iya, soal pak dadang, karena pak dadang memilih untuk membawa bung rhoma, pak dadang harus menggendong bung rhoma dari pos 4 ke pos 1, dramanya lengkap, karena pak dadang harus extra tenaga dan kesabaran demi kesemalatan bung rhoma, sesampainya pak dadang di tempat mobil elf, beliau curcol “aduh tau gitu tadi saya yang bawain tas mas miki ya, saya nyesel deh, yang ada sekarang saya pegal pegal gendong bung rhoma” saya hanya tersenyum datar, dalam hati saya…”gpp pak..kan ada dhicky” dan saya kaget sekali karena ternyata bung rhoma tidak memberikan tip lebih ke pak dadang…


Kuningan – Jakarta 23.00 – 03.46                                                                                                               03.46 tiba di UKI, erik saya dan taufiq berpisah disini, saya mendapatkan taxi terlebih dahulu, mereka baik sekali mau menunggu saya. Sepanjang UKI – SCBD, saya mengaktifkan ponsel saya…hanya ada satu sms…dari provider kartu saya…nawarin promo…promo mulu yang ditawarin, kapan nawarin masa depan yang pasti sama kamu?

Sungguh, perjalanan ke gunung ceremai benar benar kembali menghidupkan semangat saya. Special thanks buat mak geboy yang udah ajak saya…next trip…Gunung Sindoro Sumbing…