Jajaran Perahu di Dermaga Pulau Pari |
“Gw
mau ke Pulau Pari ah sabtu besok, ada yang mau ikut? No Fuss No Muss. Begitu bunyi
ajakan saya di group jalan-jalan tercinta, “Kemping Cukstaw” dan tanpa menunggu
lama, kak bulan (her blog is: ubermoon.me) menyambut ajakan saya tersebut
dengan suka cita, ah senangnya saya ada teman jalan untuk menghabiskan akhir
pekan di Pulau Pari.
“Pulau Pari adalah salah satu kelurahan di
kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu Jakarta Indonesia Pulau ini berada di tengah
gugusan pulau yang berderet dari selatan ke utara perairan Jakarta. Dengan
pantainya yang berpasir putih dan berair bening kehijauan, Pulau Pari menjadi
salah satu objek wisata di Kepulauan Seribu. Dengan
kapal cepat, Pulau Pari bisa ditempuh 1-1,5 jam dari Dermaga Marina di Ancol atau dari Pelabuhan Kaliadem di Muara Angke Jakarta Utara.
Pulau ini relatif dekat dengan Pulau Rambut, Lancung dan Tidung dan Pulau Pramuka yang
menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Kepulauan Seribu. Dari beberapa pulau itu,
Pari bisa ditempuh kurang dari 30 menit. Pari menjadi salah satu titik singgah
kapal-kapal cepat angkutan umum milik Dinas Perhubungan DKI Jakarta yang
melayani rute Muara Angke-Kepulauan Seribu dua kali sehari”. Wikipedia
Rupanya keberuntungan memang tengah berpihak
kepada saya dan Kak Bulan, tidak membutuhkan waktu yang lama buat kami untuk
mendapatkan tiket jetboat secara online dengan harga yang oke, bayangkan, tanpa
harus berdesakan dan menghirup aroma super sedap khas Muara Angke, saya
berhasil mendapatkan tiket pergi-pulang secara dadakan ke pulau pari seharga
IDR. 320.000 untuk berdua dengan fasilitas jetboat ber-ac dan tentunya waktu
tempuh yang lebih singkat, saya dan Kak Bulan semakin optimis bahwa perjalanan
kita kali ini akan menyenangkan seperti perjalanan kami lainnya.
December
6th 2014
Tepat pukul 5.00 a.m. alarm di handphone sayaberbunyi,
bagusnya semalam sudah packing, jadi pagi ini tinggal mengecek lagi apa saja
yang kurang. Saat semua sudah yakin terpacking, saya tinggal menunggu taxi
datang dan sudah order dari tadi malam, bahwasanya saya minta dijemput jam 5.30
a.m. demi menghindari masalah dijalan atau macet, karena kita tidak bisa
menebak jalan di jakarta bukan? Tapi sudah lewat dari 5.30 a.m. taxinya belum
juga muncul, dan Kak Bulan sudah mengirim pesan singkat melalui whatsapp, “kak
sudah sampai mana?” nah lho..jangan sampai Kak Bulan menunggu terlalu lama karena
taxi yang telat. Setelah menghubungi operator taxi, ternyata ada kesalahan,
rupanya sang Operator yang semalam menerima pesanan salah memasukan jam
orderan, tertulis dilaporan yang masuk adalah 8.30 a.m. oalah mas, mungkin lagi
ngantuk ya saat saya telp semalam hehehe, akhirnya saya pesan taxi baru sebagai
ganti orderan yang salah.
Masuk kedalam taxi pengganti yang datang 10
menit setelah saya telpon tadi, sayapun berdoa, memohon kepada Tuhan agar saya
dan Kak Bulan dilindungi selama perjalanan kami, mulai dari kami keluar rumah
sampai kami kembali kerumah lagi, memohon agar diberikan cuaca terbaik,
foto-foto yang bagus, juga diberikan kesenangan selama liburan ini dan
dijauhkan dari hal-hal yang berbahaya dan mencelakakan ataupun musibah. Amin. Dan
Alhamdulillah doa kami dikabulkan olehNYA.
Marina
Ancol Dermaga 17 - 06.37 a.m.
Setelah menjemput Kak Bulan, kami langsung
menuju Marina Ancol, Dermaga 17, dermaga dimana jetboat yang kami sewa
(kursinya aja lho, bukan satu kapal hehehe) akan membawa kami ke Pulau Pari. Setibanya
kami di Marina Ancol, beberapa dermaga yang kami lewati penuh ramai dengan para
wisatawan dan penyelam yang akan pergi ke pulau seribu, wah semoga mereka semua
ga ke pulau yang sama ya, kalau terlalu penuh bisa ga enak nanti.
Selesai dengan konfirmasi tiket dan verifikasi
tiket, saya dan Kak Bulan menuju dermaga, sekalian cuci mata juga sih,
mengingat biasanya banyak penyelam kece yang jomblo tanpa pasangan seperti
kami, ya betul KAMI, *nunduk
Masuk kedalam jetboat tanpa harus berdesakan
dan mendapatkan kursi yang nyaman untuk berdua sudah memulai kebahagiaan buat
kami pagi itu. Dan perjalanan yang harusnya ditempuh selama 45 menit, sudah
tertempuh dalam waktu 30 menit saja, oh rupanya ombak lagi tenang, jadi kapten
bisa tancep gas sampai pulau pari, padahal saya niatnya mau tiduran sebentar,
mengingat semalam tidurnya hanya 3 jam, ditambah rombongan manula berisik yang satu boat dengan kami makin mempersulit
kemungkinan saya untuk power nap..meh...well gpp juga sih, jadi lebih cepat
sampe lebih enak, bisa explore Pulau Pari lebih jauh.
Dermaga Pulau Pari |
Pulau Pari - 07.45 a.m.
No Fuss No Muss...mengingat ini trip dadakan,
saya memang belum mencari penginapan di pulau ini, tapi saya over pede saat
itu, kalau saya dan Kak Bulan pasti dapat tempat menginap, yah sial sialnya
kita tidur di mushala hehehe. Turun dari boat saya dan Kak Bulan langsung
menuju sebuah warung yang menghadap ke arah dermaga Pulau Pari, warung Bu Sri,
dan tepat disamping warungnya, ada tiga buah cottage bambu menghadap langsung
ke pantai, aha..ini dia, tanpa ba bi bu, saya langsung bertanya perihal cottage
tersebut, rupanya si ibu yang jaga warung adalah staff Ibu Sri, beliau bilang
kalau cottage itu kosong, tapi takutnya sudah dibooked oleh travel, bahkan dia
menawarkan kami untuk menginap di penginapan miliknya saja, hmm setelah kami
lihat, kami masih lebih cinta ke cottage bambu tanpa ac yang letak kamarnya
bersebelahan dengan jalan raya itu, biarlah, toh kami memang ingin sesuatu yang
baru saat kami liburan, begitu dapat harga, IDR 350.000 untuk satu malam dua
hari, satu cottage dengan fasilitas; serambi untuk gosip-gosip atau leha leha
setelah snorkeling, satu kamar tidur dan tv plus kasur springbed, satu kamar
utama dengan bantal lengkap dan kipas angin dan pastinya kamar mandi dengan air
segar yang lebih dari cukup, oh iya Bu Sri juga melengkapi fasilitasnya dengan
satu galon air mineral, buat kami berdua, ini sudah sangat ok. Saat itu Bu Sri
tengah mengurus anaknya, jadi kami tidak sempat bertemu beliau.
Dua mangkok mie rebus sudah masuk kedalam
perut dan siap menjadi tenaga buat kami berdua bersepeda menyusuri indahnya
Pulau Pari, untuk sewa sepeda, kami dapat harga special, IDR. 20.000 @sepeda
sampe bego, beuuuh senangnya, dengan catatan harus pandai pandai memilih
sepedanya ya, jangan sampe dapat sepeda yang ga ada remnya hehehe dan perjalanan
kami dimulai ke Pantai Keresek.
Pantai
Keresek (Pantai Masnya KEREn dan Mbaknya SEKsi)
Sama dengan pantai pantai lainnya di pulau
seribu, pantai ini menawarkan hamparan pasir putih yang lembut, air berwarna
hijau toska dan tumpukan sampah. kebetulan saat itu musim barat, jadi sampah
dari pulau lain mampir dulu ke pulau ini, tepatnya ke Pantai Keresek. Kami berdua
memarkirkan sepeda kami disamping warung yang posisinya tepat dibibir pantai,
setelah memesan dua buah kelapa muda, kami pun ngobrol ngalor ngidul ketawa
ketiwi ditemani bapak nurdin pemilik warung yang berseloroh kalau pantai
keresek ini singkatan dari mas nya KEREn dan Mbaknya SEKsi, walhasil kami pun
menggeliat geliat sambil bilang “ah masa siy pak, masa siy” si bapak pun langsung
balik kanan masuk warung, kirain si bapak mau ambil bensin, eh ga tahunya
beliau kembali dengan sepiring cemilan khas pulau pari, yaitu, keripik sukun!!!
“Sukun adalah nama sejenis pohon yang berbuah Buah sukun tidak berbiji dan memiliki bagian yang empuk, yang mirip roti setelah dimasak atau digoreng. Karena
itu, orang-orang Eropa mengenalnya sebagai "buah roti" (Inggris: breadfruit; Belanda: broodvrucht, dll.). Sukun
sesungguhnya adalah Tumbuhan yang
terseleksi sehingga tak berbiji. Kata "sukun" dalam bahasa Jawa berarti
"tanpa biji" dan dipakai untuk kultivar tanpa biji pada jenis buah
lainnya, seperti Jambu Biji dan Durian.
"Moyangnya" yang berbiji (dan karenanya dianggap setengah liar)
dikenal sebagai Timbul, Kulur (Bahasa Sunda), atau Kluwih (bahasa Jawa), Kulu (bahasa Aceh), Kalawi (Minang). Di daerah
Pasifik, kulur dan sukun menjadi sumber karbohidrat penting. Di sana dikenal
dengan berbagai nama, seperti kuru,ulu, atau uru. Nama ilmiahnya adalah Artocarpus
altilis. Buah sukun (tak berbiji) merupakan bahan pangan penting sumber
karbohidrat di pelbagai kepulauan di daerah tropik, terutama di Pasifik dan Asia Tenggara. Sukun dapat dimasak utuh atau dipotong-potong
terlebih dulu: direbus, digoreng, disangrai atau dibakar. Buah yang telah
dimasak dapat diiris-iris dan dikeringkan di bawah matahari atau dalam tungku,
sehingga awet dan dapat disimpan lama. Di pulau-pulau Pasifik, kelebihan panen
buah sukun akan dipendam dalam lubang tanah dan dibiarkan berfermentasi beberapa
minggu lamanya, sehingga berubah menjadi pasta mirip keju yang awet, bergizi
dan dapat dibuat menjadi semacam kue panggang. Sukun dapat pula dijadikan
keripik dengan cara diiris tipis dan digoreng. Sukun dapat menghasilkan buah
hingga 200 buah per pohon per tahun. Masing-masing buah beratnya antara
400-1200 gr, namun ada pula varietas yang buahnya mencapai 5 kg. Nilai
energinya antara 470-670 kJ per 100 gram. Tidak mengherankan bila sukun menarik
minat para penjelajah Barat, yang kemudian mengimpor tanaman ini dari Tahiti ke Amerika tropis (Karibia) pada sekitar akhir 1780an untuk menghasilkan makanan
murah bagi para budak di sana”. wikipedia
Pantai Keresek |
Rasa keripiknya? Enak bangeeeeet, saya dan
Kak Bulan sampe pesan tiga karung buat oleh-oleh, ada dua rasa, original dan
balado, menurut kami yang paling enak yang rasa balado, beuuuuh pedasnya bikin makin
seru acara ngobrol di tepi pantai. Berhubung keripik sukunnya buatan sendiri,
baik bumbu maupun keripiknya, maka kami harus bayar uang muka terlebih dahulu
sebagai tanda jadi, dan karena persediaan cabai yang tengah terbatas, maka kami
pun hanya bisa memesan 10 bungkus saja, dengan harga per-bungkus IDR. 10.000. Setelah
kenyang dan puas foto-foto, saya dan Kak Bulan melanjutkan kembali petualangan
kami, kali ini tujuannya adalah Pantai Pasir Perawan, uuh namanya aja perawan,
pasti sepi deh pantainya.
Pantai Pasir Perawan
Berjuang mengendalikan sepeda yang remnya
kadang bisa kadang ngga itu sesuatu banget lho, apalagi kalau harus lewat
didepan cottage yang isinya pemuda ganteng, bawaannya pengen mampir sambil
nawarin keripik dan pijat gratis hehehe, dan naik sepeda kalau kebanyakan
ngelirik bisa nyusruk deh atau paling ngga sih nabrak pagar rumah orang hehehe
saya dong dua kali nyusruk dan sukses diketawain mereka yang lihat, ih sebodo amat
deh, yang penting fun dan Kak Bulan pun termasuk yang ikut ngetawain saya saat sepeda
saya masuk pekarangan penduduk hahaha *toyorbulan
Kak Bulan di Pantai Pasir Perawan |
IDR. 3000 untuk tiket masuk ke pantai pasir
perawan, wah dari gerbang masuknya saja sudah terlihat bagus, pasirnya lembut, parkiran
sepedanya luas dan rapi, makin tak sabar deh kita berdua. Urusan parkir sepeda
selesai, saya dan Kak Bulan menuju bibir pantai, memilih gazebo bambu yang
nyaman yang jauh dari ABG berdarah ataupun romeoh dan julied yang kok kayaknya
nyolotin ya siang siang bolong peluk pelukan dipinggir pantai sambil mandang ke
arah kami berdua dengan pandangan yang bikin emosi, ih gw sumpahin loe putus
(efek iri dan dengki). Lalu kami pindah ke arah yang jauh dari serbuan ABG.
Lorong Bakau di Pantai Pasir Perawan |
Namanya Pak Ahmad, beliau menawarkan kami
wisata taman bakau dengan perahu kayuh kayunya seharga IDR. 30.000, tanpa
menunggu lama, saya dan kak bulan langsung oke dan naik ke perahu pak ahmad,
dan sungguh luar biasa pemandangan yang ditawarkan, kami diajak menjelajah
lorong-lorong bakau yang cantik, dengan hamparan jernihnya air laut dibawah
kami, sayang dibeberapa tempat banyak sampah yang terbawa arus barat dan
menumpuk dihutan bakaunya. 15 menit lamanya kami bersampan dan benar benar puas
dengan pemandangan di pantai pasir perawan ini, selain perahu kayu, di pantai ini
juga ada penyewaan perahu kayuh untuk pasangan muda mudi, dan melihat dari
kontur pantainya yang landai dan dangkal, pantai ini sangat cocok untuk
keluarga atau yang hendak membina keluarga, ada warung makan, ada tempat bilas
setelah main dipantai, tempat ibadah dan juga sangat cocok dipakai untuk
kemping, saat itu kita melihat ada beberapa tenda dipinggir pantai dan hammock
yang tergantung untuk menambah serunya bertenda dipinggir pantai. Setelah membayar
onglos perahu, kami pamit sama Pak Ahmad untuk keliling pulau, saat itulah
muncul teman Pak Ahmad, yang tanpa diminta dengan setengah teriak berkata “teman
saya jomblo tuh neng, perahunya banyak” sambil melirik Kak
Bulan...astaga...saya mau ngakak kok ya rasanya ngga tega hahahahaha...
Pantai Pasir Perawan |
Snorkeling
dan berjemur - 12.15 p.m.
Setelah puas menemani Kak Bulan gelantungan
diatas pohon di Pantai Pasir Perawan, kami melanjutkan kembali bersepeda ria
keliling Pulau pari, tapi rupanya perut kami sudah mulai disko, harus segera
diisi, hmm harus cari warung nasi nih, dan bagusnya kami menemukan sebuah
warung yang menjual nasi rames dengan isi nasi putih, ayam goreng, lalapan
ketimun dan sambal rawit menjadi menu makan siang kami, tentunya dengan penebus
dahaga beruga es teh manis dan Alhamdulillah, enak banget, memang kalau kita
berdoa sebelum makan itu akan makin menambah nikmat makanan apalagi kalau harganya
murah, makin endang estaurina.
Kak Bulan Setelah Snorkeling |
Kak Bulan rupanya sudah siap dengan
snorkeling gearnya, saya pasrah dengan apa yang ada aja deh, kalau dapat gear
ikut nyemplung, kalau ga saya temenin Kak Bulan saja, dengan berjemur diatas
dick kapal, i mean deck kapal ala ala. Walau akhirnya dapat alat snorkeling dan
sewa kapal seharga 300 ribu seharian, saya lebih banyak menghabiskan waktu
berjemur, sementara Kak Bulan dan Pak Mole (pemilik kapal yang kami sewa)
mendadak akrab, si bapak menjadi photographer andalan Kak Bulan selama
snorkeling, ini yang saya suka dari Pulau Pari, semua penduduknya super ramah,
seperti pulang kampung saja rasanya, semuanya tulus, saya betah kalau harus
berlama lama di pulau ini, hidup tanpa barang-barang bermerk, tanpa Chanel,
Prada, Hermes, Fendi oh saya lebay.
Selain kapal untuk snorkeling, Pak Mole juga
memiliki rumah sewa untuk penginapan dan juga sebuah warung didepan rumahnya,
ah pokoknya paket lengkap deh Pak Mole ini, bahkan beliau pun bersedia
menyediakan kami makan malam, (tapi tidak
bersedia mencarikan kami jodoh ya pak hehehe) dengan menu: Ikan Ekor Kuning
bakar khas Pulau Pari, uuuh saya dan Kak Bulan makin tak sabar menunggu waktu makan
malam, tapi kami masih harus mendatangi lagi satu tempat yang wajib didatangi
saat kita di Pulau Pari ini, yaitu dermaga LIPI (Lembaga Ilmu Penelitian
Indonesia) untuk melihat sunset, setelah selesai bersih bersih sehabis
snorkeling, saya dan Kak Bulan mengayuh sepeda kami menuju pantai LIPI, saat
melewati sebuah pertigaan, tepatnya dijalan Kidadeng Z, kami berhenti untuk
jajan BAKSO dan otak-otak, ya BAKSO, saya memesan semangkuk bakso sementara Kak
Bulan memesan Otak-otak, saya kaget dengan rasa baksonya yang lezat, ditambah
kucuran Jeruk Limau, ras Bakso Sapi ini semakin nikmat, terlebih pemandangannya
adalah hamparan laut lepas.
Dermaga LIPI |
Puas jajan, kami menuju LIPI, dan disana kami
berkenalan dengan sepasang remaja ibukota Tangerang Selatan yang tengah dimabuk
api cinta asmara aheeey...namanya intan dan pacarnya intan (saya lupa, maaf ya).
Perjalanan menuju dermaga LIPI ini pun benar benar tak akan saya lupakan, kiri
kanan kami belukar lebat dengan penerangan lampu jalan yang memadai, sungguh
mereka merawat dan memfasilitasi pulau ini dengan sangat baik, dan jauh dari
kesan angker atau seram.
Dermaga LIPI |
Setibanya di kawasan LIPI, kami langsung menuju
dermaga, dermaga yang dimaksud disini adalah sebuah bangunan berupa panggung
diatas laut dan tak terpakai. Menuju tempat ini pun sangat penuh perjuangan, mengingat
jalurnya yang sudah rusak terkikis air laut dan ombak, namun pemandangan yang
ditawarkan sangat indah, senja merona merah diatas langit Pulau Pari, mentari
bulat meluruh pamit perlahan dengan siluet awan keperakan berarak yang cantik,
sungguh saya terpukau, Alhamdulillah masih bisa melihat karunia Tuhan yang
indah ini, walau ada serombongan abg yang bikin jengkel, bukannya memberi jalan
kepada pengunjung yang hendak mengambil momen sunset, mereka malah berkumpul
diujung dermaga, sigh...mbok ya lihat sekeliling dik, harus berbagi kalau
ditempat seperti ini, terlebih dermaganya sempit, beruntunglah saya yang bawa
termos alias lensa yang mumpuni, buat mereka yang hanya bawa pocket kamera
cukup asem dipinggiran karena ga bisa mengarahkan kamera mereka yang terhalang
rombongan abg yang mirip koloni singa laut, ketawa ketiwi becanda garing minta dijorogin
ke laut. *joroginabgkelautsatusatu
Senja di Dermaga LIPI |
Ikan
Bakar dan keramahan pak Mole – 07.15 p.m.
Selepas sunset time, saya dan Kak Bulan
mampir ke Dermaga Pulau Pari, menikmati deburan ombak sambil ngobrol, ah
serunya, jarang-jarang bisa begini, setelah puas foto foto dan main di dermaga,
kami kembali ke cottage untuk persiapan makan malam.
Bertemu teman baru saat liburan adalah salah
satu manfaat berlibur, kita jadi bertemu orang baru, dan seperti yang telah saya
sebutkan diatas, saya dan Kak Bulan berkenalan dengan Intan dan pacarnya Intan,
setelah saling berkenalan, kami mengajak Intan bergabung bersama kami untuk
makan malam dirumah Pak Mole, mengingat warung Bu Sri sudah tutup sejak jam Enam
sore, adalah pilihan bijak untuk mengiyakan tawaran Pak mole dan ikan bakar
dirumahnya, dengan hanya bermodalkan IDR. 100,000 untuk berempat, kami mendapat
6 ekor ikan ekor kuning ukuran besar, ditambah sambal tomat rawit kecap dan
nasi putih hangat yang pulen. oh ini nikmat sekali. Perut kenyang, hati senang
dompet riang, sungguh kami bahagia. Pak Mole dan keluarganya pun sangat ramah,
beliau juga menyarankan agar kami ke Pantai Pasir Perawan dimalam hari untuk
melihat acara malam mingguan disana, selesai makan, kami pun berpamitan menuju
Pantai Pasir Perawan, berempat kami mengayuh sepeda kami sambil sesekali
bersenda gurau.
Senja Di Dermaga LIPI |
Setibanya di pantai pasir perawan kami
melihat ada acara dangdutan, uuh seru sekali, rupanya ada rombongan dari Jakarta
yang tengah mengadakan acara outing kantor dan menyewa dangdut organ tunggal
yang suaranya langsung menggema sepanjang Pantai Pasir Perawan, sekitar 10
menit kami disana, karena tak tahan dengan kaki yang makin lama makin bergoyang
ingin ikutan a.k.a keberisikan maka kami pun memilih untuk kembali ke cottage,
dan saya sudah tahu mau makan apalagi habis ini hehehe kali ini incaran saya adalah,
Martabak Ketan Hitam yang sudah sempat saya lihat tadi sore, satu porsi Martabak
rasa Ketan Hitam hanya IDR. 8000 rupiah, sementara pilihan Kak Bulan, rasa Cokelat
Keju seharga IDR. 12.000, soal rasa jangan ditanya, Mang Engkus sudah berjualan
Martabak sejak lama, jadi rasanya boleh diadu dengan Martabak di Jakarta, enak
dan lembut, lokasi jualan yang strategis membuat Martabak Mang Engkus yang
berlokasi di Dermaga Pulau Pari selalu ramai diserbu pelanggannya. Dua porsi
Martabak Ketan Hitam sudah habis saya sikat, dan sekarang waktunya tidur,
setelah pamitan sama pasangan ahey ahoy (yang
saya pergoki hampir ciuman hahaha maap ya, siapa suruh pacaran dibawah pohon,
kan jadinya saya intip) saya dan Kak Bulan masuk kamar dan bersiap untuk
tidur, Alhamdulillah, cuaca sehabis hujan itu membuat Angin Pantai menjadi
sejuk, Bulan Purnama sudah muncul, kami pun sukses tidur dengan lelapnya, dengan rencana bangun pagi hari
untuk melihat sunrise di Pulau Pari. Zzzzz
Hujan,
Kopi hitam dan No ATM di serambi cottage 08.20 a.m.
Kak Bulan bangun lebih awal dari saya,
rencana lihat Sunrise tinggalah wacana, hujan yang turun dengan derasnya pun membuat
saya semakin malas bangun dari kasur, tapi karena posisi kamar yang berdekatan
dengan jalan, mau ga mau saya bangun, berisik hehehe, lalu menghampiri Kak Bulan
yang tengah asyik ngobrol dengan pasangan ahey, lalu Kak Bulan memesan dua
mangkok Mie rebus dan Kopi Hitam, duh Kak Bulaaaaaan...seandainya ya, kita
datang kesini sama someone special pasti lebih yahud, eh tapi tunggu dulu, saya
kan udah bareng kamu, my very special sister yang asyik, jadi saya ga perlu
pacar, belum tentu asik juga ama pacar kesini. *benerinkemben
Hujan reda sekitar jam 10 pagi, saya dan Kak
Bulan masih ketawa ketiwi santai, mengingat Jetboat kami baru berangkat dari
Pulau Pari menuju Dermaga Marina sekitar jam 02.30 p.m., jadi waktu kami berdua
masih panjang, tapi kami juga harus buat perhitungan pembayaran, nah disinilah
saya baru menyadari kecuekan (baca: stupidity) saya, ternyata uang cash saya
tertinggal eng ing eng berbekal mobile banking dan uang simpanan Kak Bulan dari
semua saku dan selipan, kami mendatangi Bu Sri pemilik warung, hahahaha saya
jadi ketawa lagi kalau harus mengingat ini, bayangkan, penampilan macam Paris
Hilton dan Nicole Richie, kamera boleh kece, lensa boleh segede termos pak tani
eh bu tani ding, kalau pak tani punyanya cangkul, anyway, perhitungan saya dan
Kak Bulan untuk cottage sudah pas, tetapiiiiiiiiiiiiiii buat Keripik Sukun kami
yang tiga karung itu uang kami kurang 5000 rupiah, hahaha TOLOLnya saya, tapi
eits, dengan ide yang muncul saat terjepit ini, Kak Bulan mencoba menghubungi
Pak Mole, berharap Pak Mole punya rekening bca, saya akan transfer sejumlah
IDR. 300,000 rupiah sebagai biaya sewa kapal yang sudah kami bayar tunai
kemarin, sebagai gantinya Pak Mole mengembalikan uang tunainya, uuh idenya
briliant, sayang Pak Molenya ditengah laut, siapa yang mau jemput? Kak Bulan? Saya?
Mending Bu Sri aja gimana? Hiks..plan a gagal, next plan, plan b, merayu Bu Sri
agar mau pembayarannya ditransfer ke rek beliau, sejumlah IDR. 200.000 dan
150.000 secara tunai jadi kami tetap bisa jajan jijin lagi ahahaha, dengan
penuh perjuangan, kami berhasil meyakinkan Bu Sri akan fasilitas transfer dari
m-banking, cihuuuuy alhamdulillah Bu Sri setuju, setelah transfer dengan
nominal yang disetujui, saya dan Kak Bulan tancap gas menuju Pak Nurdin
menjemput keripikSsukun kami dan kembali ke cottage untuk final packing.
Kapal Karam di Pulau Pari |
Dermaga Marina dan Sahabat
03.28 p.m.
Akhirnya kami pulang menuju Dermaga marina
dengan Jetboat yang kemarin membawa kami ke Pulau Pari, beruntung nama kami
disebut duluan jadi saya dan Kak Bulan bisa mendapat kursi di deck atas,
sepanjang perjalanan pulang saya sibuk foto sementara Kak Bulan asyik menikmati
pemandangan hamparan laut biru.
04.16 p.m.
Kami tiba di Dermaga Marina Ancol,
Alhamdulillah, liburan kami di pulau pari sangat menyenangkan, terlebih saat di
Dermaga Marina Ancol kami dijemput Kak Astrid, Kak Lejid dan Cici yang akan
menghabiskan senja bersama sama di restauran Bandar Jakarta Ancol untuk makan
malam. Sungguh, kadang perjalanan tanpa itinerary bisa menjadi keseruan
tersendiri, terlebih jika partner liburan kita sangat santai dan menikmati
menit demi menit selama liburan, jangan lupa untuk menyiapkan uang tunai
secukupnya.
Rembulan Indira (at her own blog ubermoon.me)
terima kasih ya udah nemenin, semoga persahabatan kita masih terus sampai
tujuan wisata lainnya. AminLepas Senja di Dermaga LIPI |
Mas boleh minta cp Bu sri pemilik cottage nya? Makasih hehe
ReplyDeleteAku juga dong
ReplyDelete