Thursday 10 April 2014

Dieng dan pesonanya (dan dramas didalamnya) Bag. 1



Posh, Titi, Nyanyu, Lejid

"Seindah apapun tempat tujuan wisata, tidak akan lebih indah jika tidak disana bersama mereka yang membuat kita tertawa dan melupakan semua masalah jakarta untuk sementara" (MCKY)

Kembali saya mengiyakan tawaran Kak Nyanyu (bertopi pada gambar diatas) untuk datang dan mengunjungi teman-teman di dataran tinggi Dieng, kebetulan saat beliau menyodorkan tanggal keberangkatan dan kebetulan sekali jadwal event di kantor masih kosong, artinya...wooohooo bisa liburan, 

(Drama #1: Packing). 
Orang-orang terdekat saya sudah hapal betul dengan kebiasaan (buruk) packing saya, kemanapun tujuan liburan, koper atau tas saya selalu lebih penuh dari mereka, sudah bisa ditebak, yang paling banyak dibawa adalah pakaian (asli, ini jangan ditiru, selain berat, juga merepotkan). dan pada kesempatan kali ini, saya dengan pedenya memasukan 16 potong pakaian kedalam keril tercinta saya, tentunya setelah semalaman menjadi bahan tertawaan partner saya, "mau ke gunung kok kayak mau ke Europe" begitu ucapnya. tapi itu tidak mematikan semangat saya, dalam hati saya berkata: ingat: "lebih baik bawa baju lebih ketimbang memakai baju yang sama dalam foto beda lokasi" (hehehe kalau suka difoto silahkan bawa baju lebih, kalau mau praktis, jangan ditiru ya) Beruntung sahabat saya, Kak Lejid dengan penuh kesadaran mengingatkan saya apa saja yang harus dibawa dan apa saja (yang sudah seharusnya ditinggal gal gal gal) dengan senyum puas malam itu saya pandangi keril saya (yang bentuknya lebih mirip koper) dan siap menjelajahi kembali Dataran tinggi Dieng dan sekitarnya.


(Drama #2: Event Kantor)
"Mick, kita harus cari tanggal baru, mba ria mengajukan tanggal 28 March aja, jadi si aktornya bisa datang juga ke acara kita" begitu ucap teman kantor saya tentang jadwal event yg memang harus dirubah, dan itu adalah dua minggu menjelang keberangkatan, eng ing eng drama kecil terjadi, dan saya pun sempat panik, mengingat acaranya cocktail dan nonton bareng maka itu artinya akan bentrok dengan jadwal kereta saya ke Purwokerto, glegh...malam sebelum keberangkatan, semuanya saya siapkan kembali, BATERAI Kamera sudah dicharge, P3k lengkap, all set, tinggal tidur biar besok glowing di dalam kereta. malam itu acara berjalan sesuai rencana, dan bagusnya saat itu rekan saya siap tandem, maka apa yang dikhawatirkan pun bisa dilewati, event kantor berjalan lancar, saya pun siap menuju Stasiun Kereta Kota sambil berdoa dalam hati, semoga jalannya lancar dan tidak macet.

(Drama #3: Kelewatan Turun dan Hujan Deras)
Stasiun Kota dan kesibukan didalamnya menyambut saya yang baru pertama kali menginjakan kaki disana, bangunan berarsitektur kolonial dengan rangkaian baja sebagai sealing menjadi keindahan tersendiri ditempat yang menjadi titik temu saya dan 3 orang teman lainnya. 

Stasiun Kereta Kota
"Kak Titi kelewatan turun, dan sekarang dia lagi muter menuju stasiun tanjung barat, mana hujan deras, dan macet" demikian drama kumbara selanjutnya dimulai, kereta kita berangkat pukul 20.25 W.I.B, dan sekarang pukul 19.45, dalam hati saya "keburu kok, makan dulu aja deh". "hujannya makin deras, jalan menuju stasiun macet parah" demikian info yg saya baca dari group kemping cukstaw, dalam hati saya "titi dan saya pasti pergi ke dieng bersama teman2 lainnya"setelah bertemu dengan kakak nyanyu dan kak lejid disebuah restoran cepat saji di stasiun kota, kami pun memesan makanan dan bersenda gurau, sampai saya bertanya ke kak nyanyu, jadi kalau sampe  kak titi ga nyampe sini tepat waktu, kita gimana? Kak nyanyu: umm...aku cari tiket dulu ya kak, soalnya tiket aku masih di kaka titi, begitu jawab kak nyanyu sambil cengengesan...gemesin...saking gemesnya pengen olesin sambel hehehehe kidding. Saya mencoba tenang dan mencari alternative lain sekiranya kita memang tidak jadi berangkat, misalnya bergabung dengan kak astrid dan kak bulan (teman saya juga di kemping cukstaw) ke carita, sementara kak nyanyu dan kak lejid mencari tiket untuk kak nyanyu sekaligus mencari informasi jadwal keberangkatan kereta ke Purwokerto malam itu, dan waktu menujukan pukul 20.15 dan kak titi masih menunggu kereta yang akan membawanya kesini dari stasiun tanjung barat. 15 menit berlalu, kak nyanyu dan kak lejid kembali dengan kabar bahagia nan sejahtera untuk semua umat manusia, kereta telat, hahahahaha senang bukan kepalang, artinya kak titi tidak telat dan kami tetap bisa kesana bersama sama, dan saya pun teringat kata-kata kak bani, "mind over matters" tsaah elaaah (*salim ke ka bani). ada cerita lucu cenderung menyerempet bahaya, saat kak nyanyu dan kak lejid bertanya ke petugas tiket mengenai jadwal keberangkatan kereta kami, jawaban dari petugas tersebut membuat mereka lupa diri, kira2 seperti ini percakapannya:

Kak lejid: "permisi pak, kereta tujuan Purwokerto kira-kira berangkat jam berapa ya pak" (saat itu kak lejid dan kak nyanyu berada ditengah-tengah puluhan calon penumpang tujuan sama, mereka pun sudah terlihat gelisah dan mulai memasang wajah jengkel karena lamanya kereta yang belum juga muncul) 
Pak Petugas: "oh itu dek, keretanya telat" 
Kak lejid dan Kak nyanyu: "ALHAMDULILLAAAAAAAAAAAAAAAH"
Calon Penumpang: "memandang penuh kebencian dan emosi, lha piye toh, kereta telat kok yo malah seneng"

hihihi jelas saja kita senang, lha wong teman kita yang hobinya bersi-bersih itu masih menuju stasiun kota, dengan telatnya kereta kami, artinya kami bisa tetap pergi bersama meninggalkan Jakarta yang kadang memberikan kita cerita tak terduga, bahkan kadang mengundang air mata. (*menatapfotomantanpacaryglgheitsdistasiuntvbaru) (*curcol)

(Drama #4-8: Menempuh 13 Jam diperjalanan, Jakarta - Purwokerto)
Purwokerto

Selalu ada cerita dalam kereta, kalau teman saya bilang: "orang waras aja naik kreta bisa drama kalau harus menempuh 13 jam perjalanan, gimana loe?" hahahaha jujur saja, saya sudah kehabisan tenaga buat drama, ditambah posisi duduk saya yang kebetulan sekali saat itu kami mendapatkan kursi dikelas ekonomi, dengan semburan ac yang hangat hangat kuku, dan jarak kaki yang lumayan dekat dengan penumpang diseberang saya, drama kumbara pun sudah tidak terpikirkan, yang ada hanyalah: sampai dengan selamat di Purwokerto dan bertemu mba mayang secepatnya, ralat: maksud saya mas Arifin, (maaf yak...efek kelamaan duduk dikereta jadi terbawa hehehe). Tapi, benar apa yang dibilang orang2 bijak, setiap kejadian, ambil hikmahnya, nikmati prosesnya dan tunggu hasil terbaiknya, memang jarak tempuhnya jadi panjaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang, tetapi pemandangan yang kami nikmati pun elok sekali, jalur selatan memberikan maha karya Tuhan dalam ukiran pemandangan nyata berupa hamparan sawah, lekukan sungai dan rimbunnya belukar yang menyejukan mata, penghibur pantat yang lara, sedikit banyak kami pun terhibur.



Jreng Jreng
(Drama #9: Baterai Kamera)
Siapapun itu, baik amatir ataupun ahli foto, jika disajikan pemandangan yang indah, pasti akan segera beraksi jepret kanan jepret kiri, bidik atas, bidik bawah, pokoknya harus mengabadikan pemandangan atau objek yang indah, tentunya dengan dukungan camera yang mumpuni, baik dari camera handphone atau camera digital. saya pun tak kalah heboh, melihat pemandangan yang kece, segera saya mengeluarkan kamera, tapi...akan tetapi...kamera terasa ringan, setelah saya cek, ternyata saya teringat sesuatu, baterai kamera masih duduk manis diatas chargernya di coffee table rumah...pemandangan bagus? liatin aja mik, secara hp loe juga dua duanya lowbatt. saat itu saya ingin sekali rasanya berkebun untuk melampiaskan emosi karena ketololan sendiri lupa memasukan baterai tersebut. berbekal baterai dua bar, saya browsing tempat jual kamera di Purwokerto, ahoy...dapat...satu toko kamera yang lengkap dengan segala isinya yang sangat berguna bagi pengguna kamera pelupa seperti saya, saya pun langsung menghubungi nomor telpon tokonya, sekali, dua kali, enam kali ga diangkat...hmmm kalau sampai baterai ke***at tersebut ga ada, saya akan dinyinyirin seumur hidup sama teman2 saya ini. hasil browsing yang kedua menunjukan ada satu toko lain yang bisa dihubungi, Alhamdulillah, tenang rasanya. (dan teman2 saya pun lebih keras nyebut Alhamdulillahnya, tau kan kenapa? biar usaha mereka bawa wardrobe dari Jakarta ga sia-sia hehehe)

(Drama #10: Sugeng mana Sugeng???)
Pukul 13.15 kami pun tiba di Purwokerto, kota yang mendadak naik pamor karena...(stop!!! jangan gossip!!!, fokus ke jurnal perjalanan) ok, sampai mana tadi? oke, kota yang terkenal dengan penyanyi wanita yang...oke ganti topik. Sampai Stasiun Purwokerto kami disambut cuaca hangat khas kota dan tentunya teman-teman kami dari Dieng, Mas Arifin, Mas Irul, dan Mas jenggot, hmm something wrong here, where's my arjuna? Mr. Sugeng smile all the time, rupanya teman kita yang bernama Sugeng ga bisa jemput. the show must go on, with or without you, i go with you hehehe, kita langsung menuju rumah makan khas Purwokerto yang terkenal dengan makanan khas kota yang terkenal dengan penyanyi yang... maksudnya dengan Srotonya, makanan sejenis soto yang berisi suwiran daging ayam, bihun dan emping, disiram sejenis kuah kuning dan taburan bawang putih goreng, sungguh sajian yang tepat saat perut keroncongan, jangan lupa untuk memesan es duren sebagai hidangan pentupnya, air putih jangan lupa ya, biar ga seret nanti.

(Drama #11: Baterai Kamera...ternyata...dan perang kentut

Titi,Nyanyu,Lejid

Setelah puas mengisi perut dengan sroto dan es durian yang semeninghoy (enak banget) kami melanjutkan perjalanan menuju drama maksudnya menuju tempat penjualan kamera dan teman-temannya, setelah sekitar 15 menit mencari alamat yang dituju, akhirnya sampailah kami ditoko tersebut, baterainya ada, senanglah semua peserta, semua bahagia, tertawa bersama sama. sepanjang perjalanan Purwokerto - Dieng, kami habiskan untuk beristirahat. kami sempat berhenti sejenak di jembatan sekitar Dieng-Banjarnegara untuk melemaskan otot kaki dan menghirup udara sejuk (dan tentunya ditambah dengan teriakan-teriakan manja teman-teman saya, foto foto foto hehehe) 


Sekitar pukul 17.45 kami tiba di Dataran Tinggi Dieng, kabut tipis dan udara sejuk menyambut kami yang sudah kelelahan, semerbak harum Durian menusuk hidung, kami pun tak melewatkan kesempatan untuk mencicipi durian tersebut dan memang rasanya lezat, bertekstur selembut alpukat mentega, berbau selembut durian parung dan harganya pun murah, 3 buah durian besar hanya seharga 120 ribu, benar-benar kami dimanjakan oleh teman-teman kami di Dieng. 

Durian Dieng

Sesampainya di penginapan yang dikelola kakak perempuan mas arifin, kami pun melepas lelah dengan berjalan jalan ke sekitar komplek candi Arjuna (kebetulan jaraknya dekat sekali dengan penginapannya) dan jajan bakso didepan Candi, bakso asin...Menjelang Maghrib, kami kembali ke penginapan, unpacking barang bawaan masing-masing dan munculah sebuah benda yang ingin rasanya saya bakar saat itu juga tapi ingin saya cium disaat yang bersamaan, baterai kamera saya ternyata terbawa, hanya saja masuk kedalam keril, bukan kedalam bodi cameranya , hikmahnya..saya jadi punya baterai cadangan disana. setelah selesai mandi dan wangi, mas Arifin mengajak kami yang hanya berempat untuk makan malam disebuah rumah makan tepat ditengah pusat Kota Dieng, Rumah Makan Bu Jono, makanan yang disajikan standard, nasgor, mie rebus, mie goreng dan aneka minuman hangat, sebotol bir bintang menjadi teman makan mie rebus saya malam itu, dan memang nikmat sekali rasanya, apalagi bersama teman-teman tercinta. selesai makan malam kami kembali ke penginapan, perut kenyang, hati senang, tidur pun nyenyak, nyenyak? setiap kami liburan atau jalan bersama (Kemping Cukstaw) selalu ada cerita atau hal-hal konyol yang kami lakukan bersama, selain untuk menghilangkan stress, apa yang kami lakukan seringkali untuk lucu-lucuan, walau kadang sulit diterima akal sehat, misalnya..perang kentut sebelum tidur, kali ini antara saya dan kak nyanyu, sampai detik ini skor kami seri. malam itu kami tidur nyenyak, membayar kelelahan dan waktu istirahat yang tersita jarak tempuh yang tertunda (seperti perasaanku ke dia, tertunda, tanpa batas, tanpa daya) (*curcol)

Tanpa Drama...Jelajah Bukit Sumurup
March 29th 2014, Pagi yang elok, kesejukan khas Dieng menyapa kami yang siap dengan semua cerita dan petualang yang Dieng berikan kepada kami hari ini. Mas Irul sang penjantan maksud saya sang pemimpin jalan, tak kalah siapnya dengan kami, dan setelah berdoa untuk keselamatan kami sepanjang perjalanan, kami pun menuju Bukit Sumurup (dinamakan Sumurup, karena matahari yang terbit melewati bukit ini selalu sudah tepat berada diatas kepala dan sinarnya bikin silau).

 Jalur yang kami tempuh melewati komplek Candi Arjuna, Candi Gatotkaca dan Museum Dieng Kailasa dan terus melewati ladang kentang penduduk dan bukit Sumurup, trackingnya menanjak dan kalau dilihat dari jalurnya, sudah lama sekali orang melewati jalan ini, rimbunnya semak belukar dan rapatnya vegetasi sekitar jalan, mengindikasikan kalau setelah sekian lama, kamilah orang pertama yang membuka jalur tersebut kembali. dari kejauhan tampak asap dari kawah dibawah bukit mengepul menjujung langit, suasana mistis sedikit kami rasakan karena heningnya bukit tersebut, bahkan suara kicau burung pun tak terdengar, walau begitu, pemandangan sekitar bukit sangatlah indah, ditambah dengan banyaknya arbei liar yang bisa kita nikmati disepanjang jalur pendakian. 

Kira-kira satu jam lebih perjalanan kami tiba di punggung Bukit Sumurup, pemandangan danau vulkanik pun terlihat, bentuknya lebih menyerupai savana ditengah gunung dengan danau dipinggirannya, kalau saat ini saya bersama keluarga kak Dini dan kak Rio dan dua jagoan putrinya, Keke & Isya, saya pasti akan lari-larian di Savana Sumurup, kalau saya bersama kak Astrid dan Kak Narny, pastinya sudah catwalk-ing disepanjang bukit hehehe kalau bawa uni dan kak atiek, hmm kebayang deh hehehe. sekitar satu jam lebih kami menghabiskan waktu di Bukit Sumurup, foto-foto adalah hal wajib yang harus dilakukan hehehe, bagusnya ide kak nyanyu untuk membawa payung warna-warni.

Umbrella's guys

Keheningan Bukit Sumurup yang suci pun pecah dengan derai tawa dan instruksi pose dari photographer kami yang galak dan ja***am..saya. Pemandangan seputar Bukit Sumurup sangat tenang, hamparan rerumputan yang dipagari Rumpun Bambu, Akasia, Mahogani dan Jarak sangatlah menenangkan, dari cerita Mas Irul, masih banyak terdapat Babi Hutan disekitar bukit Sumurup, terlihat dari beberapa jejaknya yang tertinggal disemak belukar dan jejak kuku kaki babi disekitar sumber air. Selesai dengan bukit Sumurup, kami kembali ke penginapan melalui jalur yang sama, beruntung kali ini tidak terlalu sepi, karena kami bertemu dengan para petani yang mendaki bukit Sumurup dengan motor trail. (suasananya sedikit mencekam sejak langitnya makin mendung, phew bagus deh ada teman-teman yang naik motor)




Mas Irul dalam Savana Sumurup
Sejak awal perjalanan, kami memang berniat untuk menginap di Gunung Pakuwaja, maka kami pun segera bersiap menuju Gunung tersebut setelah sampai dipenginapan. tetapi mengingat banyaknya pendaki gunung saat ini, Mas Arifing mempunyai ide agar kita menginap di telaga saja, selain tempatnya sepi, pemandangan disana pun cantik, tanpa banyak ba-bi-bu, kami menuju telaga tersebut, setelah sebelumnya mengisi perut disebuah restauran di Dieng. (Bersambung)

No comments:

Post a Comment