Friday 11 April 2014

Dieng Dan pesonanya (dan sisa-sisa drama didalamnya) Bag. 2


Telaga Dringgo menjelang pagi
Dimana Bumi dipijak, Disitu Langit dijunjung...Hormati tempat tujuan dengan tidak meninggalkan apapun kecuali jejak kaki, tidak mengambil apapun kecuali foto (dan jangan pipis disamping tenda kecuali kebelet hehehe)

Sebelum saya lanjutkan perjalanan saya ke Telaga Dringgo, kami sadar bahwa inilah hikmah yang kami ambil setelah beberapa kejadian berikut:

* Kereta tujuan Purwokerto yang telat 2 jam memberikan kami banyak waktu untuk menunggu dan menyiapkan kembali apa kiranya bahan persiapan yang masih belum lengkap, kebetulan sekali Stasiun Kota sudah dilengkapi dengan beberapa minimart yang sangat terlihat jelas saling berkompetisi untuk mendapatkan pembeli, "kenapa sih mereka saingannya sampe segitu amatnya? Satu aja ga cukup ya?" (jadi panjang yaaaa), oke lanjut

*  Sejak hampir dibawa lari supir taxi hehehe (reeebay), lebih tepatnya: karena sibuk memakai jas hujan didalam taxi (nah...sampe skrg saya juga bingung kenapa dia pake jas hujan dalam taxi ya?) dan akhirnya jadi kelewatan, kak Titi pun sukses stress bersama supir taxi yang over dosis pedenya (jadi sebenernya kak, ngapain ya pake jas hujan dalam taxi? Bukannya pas turun stasiun bisa lari-lari kecil ala film sounds of music gitu ya? Atau kalau pas ada efek hujannya jadi mirip mirip lari centi manja minta dikejar ala Film bollywood) (panjaaaangin aja teruuus mik)

intinya kak Titi berhasil sampai stasiun kota tepat waktu, dengan doa dari teman2 di kemping cukstaw, doa dari uni dan kak astrid dan yg lainnya, kata2 penyemangat dari kak Bani: “Mind over Matters” (yg memang terbukti) kaka Titi masih sempat beli makan malam...Alhamdulillah ya kak sampe stasiun ga pake jas hujan (besok2 jangan pake jas hujan dalam taxi ya kak, bawa pawang hujan aja biar aman)

*  Jadwal perjalanan kami pun otomatis berubah, but in a good way, kita semua justru jadi ada bahan cerita saat sudah sampai di penginapan Silvi, (penginapan di daerah Dieng yang dikelola oleh Kakak Perempuan Mas Arifin) mulai dari hebohnya penumpang ditiap gerbong masing-masing, dan kebaikan PT. PJKA yang meberikan kami mie instant siap seduh gratis kepada seluruh penumpang (yang sudah tidak punya tenaga untuk protes) hohoho mie instannya memang gratis, tapi air panasnya tetap bayar kok, (bisa gratis, pake air uap AC yg dijemur hehehe) IDR. 2000 sekali seduh, (kalau nyeduhnya lebih dari sekali kayaknya lebay banget ya, atau mungkin kebanyakan duit sih). Beda dengan Kak nyanyu, karena ingin mengabadikan “kenang-kenangan” dari PT. PJKA tsb. Mie instant siap seduhnya disimpan sampai kita kembali ke Jakarta hehehe (semoga ga dijual lagi ya kak di bus hehehe peace).

* Seharusnya kami tiba di Purwokerto jam 6.45 pagi tanggal 29 Maret 2014, dikarenakan hal yg sudah dijelaskan sebelumnya, jadwal kedatangan kami berubah menjadi jam 12.55 siang yang sudah terang benderang. Maka itenerary pun otomatis berubah, then again: good things come to those who wait...

* Life is beautiful, be grateful...sampe sekarang saya ga tahu kata-kata tersebut siapa yang buat, yang pasti memang kita harus mensyukuri hidup dengan kondisi apapun, karena Tuhan punya rencana yang jauh lebih baik dan indah untuk kita, dan kali ini untuk saya, kak nyanyu, kak titi dan kak lejid.
Setelah cukup beristirahat dan mengisi perut untuk makan siang, kami pun bersiap menuju tempat camping yang diceritakan kak nyanyu dan kak Arifin (kok jd kak ya? Mas Arifin ah, cukup kak Seto yang pake kak, oke adik2?)

Perjalanan menempuh waktu kurang lebih 30 menit dengan pemandangan jurang terjal dikiri kanan, jembatan kayu yang nyaris putus, hujan deras yang melanda, dan tebing-tebing bercadas tajam yang siap merobek apapun yang nekad melewatinya ditambah petir yang menggelegar cetar membahana...

hmm sepertinya saya sudah mulai mengantuk...

Dieng

Saya ulang...perjalanan menuju Telaga Dringo itu kurang lebih 30 menit, sepanjang perjalanan kami disajikan pemandangan khas Dataran Tinggi Dieng nan asri, perkebunan Kubis dan Kentang dikiri kanan jalan, pemandangan dari kegiatan sore hari penduduk sekitar yang rata-rata baru pulang berkebun atau yang hendak menuju rumah peribadatan (masjid) dan anak-anak kecil yang dengan riangnya bermain didepan halaman rumah mereka, satu kata: calming...benar-benar menenangkan, mereka tampak bahagia menikmati dan mensyukuri hidup dengan cara mereka. Didalam mobil yang isinya kami berempat (dengan bau yg sudah ga karuan banget) mas arifin, mas irul, mas yang bawa mobil, mas yang nemenin mas bawa mobil (hehehe lali aku jarane mas) ac pun kami matikan (tadinya deg-degan takut pengsan kebauan hehehe kidding) dan ternyata suhu diluar sudah dingin alami.

Candradimuka

Tidak berapa lama kami pun tiba disalah satu tempat wisata yang masyur di Dieng, Kawah Candradimuka, (dalam cerita pewayangan, Kawah ini dijadikan tempat  untuk “menempa” jabang tetuko alias Mr. Gatot Kaca oleh para dewata, selain kawah yang mendidih tentunya, mereka pun memasukan berbagai senjata pamungkas mereka agar kelak sang jabang bayi menjadi bayi 4 sehat 5 sempurna bin sakti mandra guna bertulang baja berotot kawat ber......okeh cukup!!) nah kawah ini merupakan kawah aktif yang selalu memancarkan uap dan gas belerang sepanjang waktu (kayak perasaan aku ke dia, memancar sepanjang waktu *tsaaah elaaaah *benerin kemben)




Setelah melewati Kawah Candradimuka yang indah dan panas (kayak penulis), kami harus melewati satu tanjakan, satu turunan, dua tikungan, satu tanjakan lagi dan pastinya satu turunan yang tepat dipengkolan jalan (aih pengkolaaaaan cooong, jaman dulu banget sih brentinya dipengkolan *colekmanjapakebasbetot) kami tiba di pintu masuk Telaga, pemandangannya sungguh luar biasa, sekelilingnya bukit hijau berhias semak belukar berpakis, Cemara tampak memagari jalan menuju Telaga dan kami juga berjumpa dengan para petani yang tengah merawat tanaman kentangnya. keramahan mereka makin membuat kami betah tinggal di Telaga, ralat: di Dieng..

Bukit Kentang      
Sudah menjadi kebiasaan dan hukum tak tertulis atau sebuah rumus jalan-jalan yang paten: pemandangan bagus + turis lokal dan wardrobe kece + teman yg bawa kamera ok + teman yg bawa kamera ok suka motoin temannya yang suka gaya + cuaca mendukung = menikmati indahnya alam dan merasakan arti pertemanan yang sebenarnya.


Telaga Dringgo

13 jam diperjalanan, perang kentut dirumah kakaknya Mas Arifin (maaf banget mas, Nyanyu yg mulai hehehe) pendakian dan buka jalur ke bukit Sumurup, kaki kak Lejid yang keseleo (entah beneran entah modus ingin dipijat hahay hail lubby) kondisi kak Titi yang sudah senin-kamis plus mata melotot saat mendengar kata-kata: “ayooo kita daki Gunung Pakuwaja sekarang juga” (saya yang teriak penuh semangat!!! Lha gimana ga semangat, saya sudah yakin tas saya yg isinya baju buat sebulan itu akan ada yg membawakan) dan kak nyanyu yg sudah pasrah mau diapain aja ama siapa aja hehehe peace kak. 


Beberapa jam kami menikmati panorama telaga menjelang malam, melepas senja yang indah itu berat, seberat melepas mantan yang masih suka membayang laksana semburat mega diambang petang  (semoga pacar saya ga tau blog ini, kalau dia baca bagian ini, bisa tidur digarasi sih). 


 
Senja Bukit Dringgo
Menjelang malam mas Arifin dan teman2nya mempersiapkan api unggun, beberapa rombongan lain tampak datang dan mulai membuka tenda disekitar kami, Alhamdulillah, jadi tidak terlalu sepi. Bahkan dengan menaruh segala rasa hormat saya, beberapa dari mereka ada yang melakukan ibadah ditepian danau, walau tak sedikit pula yang memandang danau penuh arti alias mikirin nasib yang masih Jones (jomblo ngenes, meminjam istilah Kak Astrid)  (colek 3 teman saya...wooy bengong aje lu pade, bae-bae kesambet Nyiahahahaha)

(Drama #12 Api Unggun yang Abadi...(matinya abadi alias susah nyalanya)

Api Unggun basa-basi dan pemuda Batang

Tenda sebelah yang isinya ABG asal daerah Batang dan Pekalongan mulai memasak dengan api unggunnya yang menyala laksana api persembahan suku maya, sementara, api kita masih santai banget nyalanya kayak Bob Marley, sampai-sampai mas mas yg niup-niup nyaris pingsan lho, pingsan karena sebel kebanyakan kita protes, ih kok ga nyala-nyala mas? Gimana sih kok lama? Apinya basah ya mas? Saya ingat betul ada yg nanya itu, maksudnya sih kayunya basah, dan itu saya hehehe...setelah dua jam berlalu (akhirnyaaaaa) api unggun kita pun mulai menampakan tanda-tanda kalau sang api bisa diandalkan dicuaca dingin sekitar telaga, ditambah sumbangan kayu bakar dari tenda pemuda andalan Pekalongan, api unggun kami pun menyala, sebagai tanda terima kasih kita ke pemuda-pemuda tersebut, kita memperbolehkan mereka duduk deket kita hahahaha ga penting banget sih, tapi mereka berebutan deket kita, tapi Cuma pas cemilan kita banyak, pas cemilan habis mereka pun bubar...Fun Ultra Cupcakes Koala (meminjam istilah kak ubermoon.blogspot.com).

Setelah mulai lelah, kami masuk ketenda, kami memutuskan untuk satu tenda berempat (walau itu adalah keputusan yang salah hehehe kidding) yang pertama kali tertidur adalah kak titi. saya, kak nyanyu dan kak lejid masih ngobrol pelan2...sampai akhirnya ketenangan menjelang tidur ditepian telaga dirusak oleh gaduhnya tenda para pemuda itu, ditambah ada yang mencolek kak lejid dari luar tenda, kita berpikiran positif, mungkin ada: orang iseng kurang kerjaan jalan ga pake mata malem-malem dan punya katarak jadi jalan ga liat liat main injak aja tenda orang, kami pun ga peduli, lanjut “mencoba” tidur, saat mulai menapaki detik-detik menuju mimpi...kak titi mengeluarkan soneta indah mahakarya lelah dalam tidur alias ngorok...karena kita sayang kak titi, kita biarkan ia tidur dalam buaian mimpi malam itu (awas aja ya kalau ngorok lagi, kita balurin bensin peyutna biar anget, bungkus daun pisang, masukin ke api unggun, diamkan sejam, angkat, buka daun Pisang, taburi Bawang goreng jika suka!!!) hahaha kidding.

Pink Sky Over Telaga Dringgo

5.02 Pagi, kami terbangun karena semburat merah dilangit yang menanda ketenda, saya dan kak nyanyu keluar menyapa pagi, dengan mulut berbusa, maksudnya beruap ala-ala di Europe plus bau-bauan, kami berdecak mengagumi telaga yang tengah menjelang pagi, riuh kicau burung dan para burung yang sibuk bikinin kami sarapan membuat suasana pagi itu makin indah...
kayaknya ada kata yang salah ya diatas...(efek makin ngantuk)

Titi, Nyanyu, Lejid
Tracking pagi melintasi bukit sekitar telaga dengan panduan mas Arifin yang juga menyisipkan cerita bahwa Tahun 2012 yang lalu, ditemukan 4 kerangka manusia secara tidak sengaja oleh petani yang hendak membuka lahan, setelah disusun perkerangka, kagetlah mereka karena masing-masing kerangka berukuran panjang 4 meter...maha besar Tuhan dengan segala ciptaanNYA, dan itulah yang menjadikan sebuah petilasan tepat dipuncak bukit telaga, dikarenakan jalur tracking kami yang berbeda, kami tidak mengunjungi tempat tersebut.

Puncak Bukit Dringgo

Telaga Dringgo dari Sisi Barat

 
Le Pasta
Selesai tracking, kami dimanjakan oleh masakan mas arifin dan teman-teman, menunya pun special, Spaghetti with chicken and garlic, mantaaaap...makannya dipinggir danau, makin enak karena diliatin orang-orang yang Cuma bikin mie rebus doang hahahahaha (jahat abis) makin sengaja deh makannya keliling-keliling danau bawa bawa piring isi spaghetti, padahal ya kalau ampe tumpah ya udah jatahnya abis. 
Le Us
Satu hal yang saya kagumi dari teman-teman saya yang tergabung di kemping cukstaw, mereka sangat peduli lingkungan, sebisa mungkin kita meninggalkan tempat yang telah memberikan kita panorama indah tanpa sampah, dan pelan-pelan mengajarkan hal tersebut kepada para pecinta dan penikmat alam yang baru saja memulai camping atau naik gunung. Kalau bukan kita yang sadar lingkungan, siapa lagi? Alam milik bersama, harus dijaga kebersihannya.

Le Team
Selesai melipat tenda dan packing ulang, kami siap meninggalkan telaga untuk kembali menuju Dieng, dan kami pun diberikan cuaca yang teduh sepanjang perjalanan pulang, mas Arifin mengajak kami menyusuri telaga dan menyebrangi bukit untuk sampai di tepian Kawah Candradimuka, meeting point kami dengan Kakak Mas Arifin yang sudah siap dengan alphardnya (beuuh...sadis kan).

Bawang Daun
(Drama #13-18: Jadwal Kereta yang tertukar, makan ngebut, Kardus Hina, terminal bus, Credit card)
09.30 kami tiba dipenginapan kembali, mandi, dandan yang cantik, dan bersiap menuju perkebunan Teh Tembi sebagai destinasi wisata terakhir selama kami disini. Semuanya berjalan lancar, perkebunan teh nan elok yang penuh dengan kebun teh (helooooooooooow namanya juga kebun teh, kalu isinya Kangkung namanya rawa) ABG ga modal yang mojok di shelter pemetik teh yang cuek macam beruk kawin di Ragunan, tetap ga peduli walau yang nonton sudah lebih heboh dari yang ditonton (faktor iri, cuaca dingin Cuma ama teman).

Le Tea Plantation
 Selepas jepret kanan kiri atas bawah depan belakang di kebun teh, kami pun makan siang, pilihannya jatuh ke restaurant khas Wonosobo di jalur Dieng-Purwokerto, nah saat detik-detik menjelang dessert, kak nyanyu yang cantik jelita baru lihat tiketnya, disitu tertulis dengan jelas dan lengkap: Yuhuuu kereta berangkat jam 16.30 say, bukan 17.00..nah...saya yang baru mau nambah langsung minum kuah sayur asem karena teh manis yang saya pesan sepertinya masih dipetik tehnya diperkebunan teh tembi yang tadi kami kunjungi (lama bingit, kalau pun datang pasti panas sepanas api cemburu). 

Banjarnegara

Mas Arifin langsung atur strategi, yang bawa mobil harus ga pake rem, tapi tetap pakai celana ya, (kira2 gitu pesan mas Arifin) supaya kak nyanyu ga ketinggalan kereta. Sementara saya pasrah sambil mengingat-ngingat asuransi terakhir udah bayar belum ya? Saya lirik kak Nyanyu tengah sibuk telpon travel agent, kak Lejid komat kamit, tadinya saya pikir berdoa, wah tenang rasanya, ternyata ada jagung sayur asem nyangkut digiginya, kak Titi sudah siap2 mau nina bobo lagi. ditambah hujan yang tiba-tiba turun dengan derasnya saat kita mulai memasuki Purwokerto.

Dengan kondisi jalan yang tengah diguyur hujan ditambah kegelisahan dalam mobil, semua jadi tegang, deg-degan, dan makin tegang pas harus bayar biaya trip ini hehehe (soalnya belum ngambil ATM) drama kumbara makin menjadi saat pacar ketinggalan kereta, eh kak Nyanyu ketinggalan kereta, saya yang mulai emosi karena mendadak semua ATM bisa membaca pikiran saya, alias ga mau ngeluarin duit hehehe, singkat kata, kita menuju terminal bus Purwokerto, dan masih ada yang sempat-sempatnya nanya dimana rumahnya MYNGSRI, (OMG wooooooy siapa ya yg kemarin nanya?) Belum sempat sampe terminal, drama kumbara episode lasmini terjun payung terjadi, credit card saya ketinggalan, wis aku rapopo, wis ta blocked, tinggal nyari tiket bus, dan bagusnya langsung dapat.

Kami sempat ga tega melepas Nyanyu sendirian ke Jakarta naik bus, bagaiman kalau dia kesepian dijalan? Bagaimana kalau dia ketiduran sampe balik lagi ke Purwokerto? Bagaimana kalau dia ga betah di Jakarta? Bagaimana kalau majikannya nanti jahatin dia? Sungguh kami kepikiran (cih tapi ga ada yg mau disuruh nemenin di bus hahaha). Setelah semua drama, tinggal Lejid dan kardus hinanya hahahaha (take that B***h) kardus yang dihindari semua pecinta alam, karena mengurangi kadar gagah penampilan, keril sudah tinggi menjulang bak lemari kos-kosan, jacket sudah paten pecinta alam, tapi kalau masih nenteng kardus mie, imejnya turun lagi wkwkwk peace (tahun lalu saya yg bawa kardus hina). Tepat Jam 07.30 malam kereta Purwajaya kami tiba, siap membawa kami kembali ke Jakarta, mengembalikan kami kembali kepada realita, dan orang-orang tercinta. Selama perjalanan, kami tidur pulas dan terbangun saat kereta sudah sampai di stasiun Bekasi  yang artinya tidak lama lagi kami akan tiba di Jakarta.

Le Train


(Fin...but there will be another stories with my pals)
2.35 pagi, kereta tiba di Gambir, tersadar saat ada satu pesan sms masuk...saya baca perlahan, wah ternyata isinya...
Hey hey...kabari setelah sampai Jakarta...soalnya mau bahas event kita yang bulan April, loe besok masuk kan? (Sialan...kirain pacar)...teman kantor hahaha well setidaknya saya senang mereka masih menantikan saya kembali. Jam 3.30 saya sudah kembali kerumah, dan bersyukur telah diberikan kesempatan dan rezeki untuk liburan dan kesehatan untuk kembali bekerja dikantor tercinta (semoga boss saya baca hehehe)


Terima Kasih buat Kak Nyanyu, Kak Lejid dan Kecup sayang buat Kak Titi juga teman-teman di kemping cukstaw, dan pastinya mas Arifin, Mas Irul dan teman-teman.. i’ll see you soon guys...

3 comments:

  1. Kamikiiihh..
    Aku bukan sibuk pake jas hujan di dalam taksi, tapi sibuk makein raincoat ke si backpack, hahahahaha

    ^pembelaan gadis ngorok*

    ReplyDelete